KILAUDEWASA –Sekarang, mereka berdua telanjang di hadapanku. Istri dan kekeponakanku telah tenggelam dalam lautan nafsu. Lautan nafsu yang membutakan mata mereka, jika di dalam ruangan itu, masih ada aku sebagai suami dan om. Lautan nafsu yang sama sekali tak akan bisa dibendung lagi untuk mengguyur pantai kenikmatan yang akan segera mereka capai bersama.
“Aku pengen jilat putting tante…” bisik Romy pelan.
“Hooouuughh…” racau Dian.
Mendengar jawaban tantenya yang sudah tak lagi konsen, Romy memberanikan diri untuk membelai payudara Dian dengan kedua tangan dan dengan perlahan, ia mulai mengangkat gumpalan daging yang menjuntai indah serta mengisap payudara lezat tantenya secara bergantian.
“Oouughhh…. Pelan-pelan Rom…” desah istriku keenakan.
Sepertinya, istriku sudah sangat terangsang. Karena walau dari kejauhan, aku bisa melihat puting coklat kemerahannya yang mulai menegak.
“Tetek tante besar banget…” puji Romy sambil terus menyeruput putting Dian yang semakin mengeras.
“Oouuhh… Ssshhh…” desah istriku lagi sambil mulai menggapai-gapai penis kekeponakannya yang sudah mengacung tinggi.
Mereka pun sepertinya telah melupakan diriku yang masih berada di dalam kamar ini. mereka seolah sudah tak peduli akan nafsu yang sudah meninggi.
“Oouugghh Romm… enak banget…” desah istriku setiap kali kekeponakannya menjilat dan mengulum putting coklat mudanya.
“Tante… aku pengen njilat memek Tante… “ bisik Romy.
“Aku juga pengen ngejilatin kontolmu Rom…” balas Dian yang kemudian langsung mendekatkan wajahnya kearah selangkangan kekeponakannya
Dengan jemari lentiknya, Dian berusaha menggenggam batang penis Romy. Namun sekeras apapun usahanya, ujung-ujung jemarinya tak mampu saling bersentuhan. Seperti menggenggam botol air mineral, jemari lentik istriku tak mampu melingkarkan secara sempurna jemari tangannya ke batang tebal keponakannya itu. Digerakkannya jemari tangannya itu naik turun, sambil sesekali istriku menjilat kepala penisnya.
“Shhh….Enak banget tante…” Romy meracau tak jelas.
Penis remaja 15 tahun itu terlihat begitu menyeramkan. Dengan ukuran yang kurang lazim untuk anak-anak seusianya, penis itu seolah akan tak muat untuk masuk ke dalam mulut istriku. Karena setiap kali istriku berusaha mengulum seluruh batang penisnya ke dalam mulutnya, hanya ujung penisnya sajalah yang bisa masuk. Aku iri. Aku benar-benar iri. Aku iri dengan apa yang pemuda ini dapatkan dari kenikmatan mulut istriku. Aku yang sudah menikahi istriku selama 5 tahun saja belum pernah merasakan sekalipun nikmatnya oral seks bersamanya. Sedangkan dia, hanyalah seorang keponakan, bukan pacar atau teman bermain, sudah bisa merasakan hisapan kuat mulut istriku.
“Aku sudah nggak tahan Rom… entotin tante Rom… entotin tante sekarang…” pinta istriku yang kemudian beranjak dari posisi jongkoknya dan meminta Romy untuk merebahkan badannya.
“Aku pengen menaiki panjangmu sayang…”
Segera saja, Romy merebahkan badannya. Dan disusul istriku yang kemudian merayap naik keatas tubuh keponakannya. Namun, entah disengaja atau tidak, ada sedikit hal janggal yang dilakukan istriku ketika ia merangkak naik dan memposisikan batang penis Romy di selangkangannya. Ketika batang penis keponakannya itu sudah menyentuh kulit vaginanya, istriku, dengan kedua mata bulatnya yang sudah sangat bernafsu menatap tajam ke arahku.
“Apakah Dian tahu jika selama ini aku mengawasi gerak-gerik mereka…?” tanyaku dalam hati.
Istriku sepertinya sengaja memilih posisi bercintanya dengan arah yang menghadap tepat ke arahku. Sehingga, walau dalam kondisi cahaya kamar yang temaram, aku dapat dengan jelas melihat raut muka hornynya secara langsung. Wajahnya berwarna kemerahan, dengan putting payudara yang sudah sangat tinggi mengacung. Melihat adegan-adegan erotis yang dilakukan istriku, mau tak mau batang penisku yang masih dalam balutan jubah mandi ini, ikut mengacung tinggi. Dan seolah sadar akan apa yang dialami oleh suaminya, tiba-tiba istriku menaikkan ujung-ujung bibirnya. Ia tersenyum dan menganggukkan kepalanya, seolah meminta ijin kepadaku agar dapat menikmati batang penis keponakannya itu. Dan seperti anak kecil yang terlena ketika melihat film kegemarannya, aku seperti terhipnotis olehnya. Aku anggukkan kepalaku dan membiarkan istriku mulai merasakan kenikmatan bercinta dengan orang lain.
Kembali, setelah melihat respon positif dariku, ia menegakkannya batang penis panjang keponakannya itu tepat ke arah lubang vaginanya, dan perlahan-lahan, istriku mulai jongkok dan menurunkan pinggulnya. CLEEPP
“Ooouuuuggghhh….” desis istriku ketika kepala penis Romy mulai membelah dan memasuki liang senggama miliknya.
“Tante Di… memek tante sempit bangeeet….”
“Bukan sempit Rom… kamu yang terlalu besar…” racau istriku sambil terus menjatuhkan seluruh tubuhnya pada batang penis Romy yang mengacung tegak.
Sepertinya istriku sudah terlalu horny, karena aku benar-benar hafal jika ia ingin bercinta dengan posisi woman on top, itu tandanya ia sudah tak mampu lagi menahan hasratnya untuk segera mendapatkan orgasmenya. Sekilas, dari apa yang dilakukan istriku, aku merasa dia mengalami kesulitan ketika mencoba memaksakan penis besar keponakannya itu untuk bisa masuk ke dalam vagina mungilnya. Karena batang penis romy yang berukuran ekstra itu terlihat membengkok setiap kali vagina istriku mencoba menekan masuk danmelahapnya. Dan setelah istriku beberapa kali mencoba menaik-turunkan pinggulnya, gerakan persenggamaan mereka mulai lancar.
“Ooouuugggghhh….” Desahan demi desahan mulai memenuhi kamar tidur kami. “SSsshhh…..”
“CPAK… CPAK… CPAK… “ Suara tumbukan daging pantat dan paha juga mulai berisik mengisi heningnya malam.
Istriku dan keponakannya pasti sudah tenggelam dalam kenikmatan perzinahannya yang menggebu-gebu. Istriku dan keponakannya seolah merasa, jika malam itu adalah malam terakhir untuk dapat melakukan percintaan mereka. Istriku dan keponakannya seolah lupa, jika di dalam kamar itu masih ada aku yang mengawasi semua gerak-gerik mereka. Romy yang dalam posisi telentang, dengan leluasa menggapai payudara besar istriku yang berlompatan kesana kemari setiap kali pinggulnya naik turun. Selangkangan istrikupun terlihat begitu mengkilat akibat lendir birahinya yang banyak membanjir.
“Tante keluar Rom… tante pengen keluar….” Teriak istriku yang tiba-tiba membenamkan kuku-kuku panjangnya pada dada Romy dengan brutal.
“Ooouuuuggghhhttt…. Aku keeluuuuaaaarrrrr….”Teriak istriku sambil terus membanting-bantingkan pantat bulatnya ke paha keponakannya. Mata istriku merem melek merasakan sensasi gelombang orgasmenya. Tubuh istriku meliuk-liuk dan melengkung bak busur panah yang siap untuk ditembakkan.
“Ia pasti sedang merasakan kenikmatan amat sangat…” batinku dalam hati sambil tak henti-hentinya mengusap batang penisku yang sudah amat ngilu dari luar jubah mandiku.
Nafas istriku terlihat begitu terengah-engah dan kemudian ambruk menimpa tubuh kurus keponakannya.
“Sekarang giliranmu keluar Rom…” ujar istriku.
“Oke…” Tak perlu mengulang permintaan istriku, Romy segera membalik tubuh istriku yang masih tergolek lemas diatas tubuhnya ke samping. “Sekarang giliran Tante yang harus memuaskan Romy…”
Dengan terburu-buru, Romy meletakkan kedua kaki istriku ke pundaknya dan mulai menghujamkan penis raksasanya ke vagina tantenya itu.
“Ouuugghhh…. Ouuugghhh…. Ouuugghhh…. Pelan-pelan Rom… Ngiluuu…” erang istriku yang tanpa persiapan sedikitpun langsung menerima tusukan tajam di vaginanya.
Masih dalam kondisi lemas, istriku hanya pasrah dan hanya membiarkan remaja 15 tahun ini menganiaya tubuhnya. Tubuh ramping istriku terlihat terombang-ambing setiap kali keponakannya itu menghujamkan batang penis panjangnya dengan keras. Payudara bulat istriku pun tak luput dari cengkeraman dan remasan brutalnya. Aku yang melihat aksi brutal keponakan istriku, mendadak merasa begitu emosi. Aku marah dan seolah ingin menghajar keponakannya itu dari belakang. Namun entah kenapa, ketika aku melihat wajah istriku, ia menggeleng-gelengkan kepalanya untuk tetap membiarkan dirinya disiksa sedemikian rupa oleh keponakannya. Melihatnya merasa pasrah dan menerima perlakuan kasar keponakannya aku menjadi tak tega untuk merusak orgasme yang sedang mereka bangun.
“Makasih mas….” Bisiknya lirih sambil tersenyum dan menatap sayu kearahku.
“Aku sudah nggak tahan lagi… aku sudah tak mampu lagi menahan birahi ini…” ucapku dalam hati sambil mengeluarkan batang penisku dari jubah mandiku.
Dan dengan tak kalah brutalnya, aku kocok daging kecil yang tumbuh di selangkanganku cepat-cepat.
Setelah beberapa lama, mereka berganti posisi bercinta. Sekarang, Romy menurunkan kaki kiri istriku dan tetap membiarkan kaki kanan istriku di pundaknya. Kali ini, ia memompa batang penisnya jauh lebih keras daripada sebelumnya. Dan saking kerasnya, aku merasa jika tempat tidur yang sedang mereka gunakan, akan roboh. Setiap kali tusukan tajam yang diterima vagina istriku dari batang panjang keponakannya, ia berteriak. Keponakannya pun berteriak. Mereka berteriak-teriak kesetanan, hingga pada akhirnya aku melihat tubuh kurus Romy mulai bergetar.

“Aku keluar Tante… Aku keluar…” teriak Romy histeris
“Tante juga mau keluar Rom…” balas istriku.
Akupun yang masih dalam naungan kegelapan dari sudut kamarpun seolah tak mau kalah cepat untuk ikut merasakan kenikmatan dalam pendakian orgasme yang mereka lakukan. Melihat mereka yang ingin mencapai puncak kenikmatan, akupun tak mampu menahan gairahku lagi. Aku kocok batang penis kecilku sekuat tenaga. Dan dalam hitungan detik,
“Ooouuugggghhh…..Ssssshhh…..” Aku klimaks dalam kocokan jemari tanganku sendiri.
4 gumpalan lendir berwarna putih keruh muncrat dari mulut penisku. Meloncat tinggi, dan mendarat di kaki kiri istriku yang menjuntai ke arahku.
“Oooouuuuuggggghhhhttttt…….. Tanteeeeee…. Akuu keluuuaaaarrrrrr” teriak Romy sambil menghujamkan penis panjangnya dalam-dalam ke vagina istriku.
“SSShhhhhh…. Ooohhh my Gooooooodd…. Romy… Tante jugaaaa…..” sahut istriku histeris.
Mendadak, suasana kamar menjadi begitu hening. Hanya terdengar suara acara TV dan hembusan deru nafas kami bertiga. Kami bertiga, mencapai puncak kenikmatan bersama-sama. Tak beberapa lama, Romy yang masih dalam posisi menindih istriku menggerakkan pinggulnya lagi. Ia merasa begitu puas. Puas untuk menikmati kemontokan tubuh istriku. Puas untuk menikmati vagina legit istriku. Dan puas untuk memuntahkan seluruh lahar kenikmatannya dalam celah kenikmatan istriku. Setelah selesai menggagahi istriku, Romy langsung mencabut batang panjangnya dan menyodorkan batang itu ke mulut istriku.
“Tolong bersihin kontolku ya tante Dianku….hehehe…” pinta kekeponakan kurang ajar itu sambil menepuk-tepukkan daging berurat itu pada mulut dan pipi istriku.
“HAP…” caplok Dian dengan bersemangat.
Seumur pernikahan kami, tak sekalipun istriku mau untuk membersihkan penisku setelah kami selesai bercinta. Akan tetapi, dengan kekeponakannya ini, tanpa diminta dua kali, Dian bersedia membersihkan batang panjang miliknya itu. Dan setelah batang penis itu bersih, kembali Dian menjilat-jilat dan menawarkan ronde kedua kepada Romy.
“Romy capek tante… kita udah ngewe lebih dari sejam… “ tolak Romy yang kemudian duduk di tepi tempat tidur sambil memainkan payudara besar istriku.
“Ayolah Rom… sekali lagi…” pinta istriku sambil mempercepat jilatan dan kuluman lidahnya pada penis remaja ini. Berharap penis lemas itu bisa menegang lagi dengan cepat.
“Romy pengen sih tante… Tapi Romy masih ngilu…” tolak Romy “Lagian Romy khawatir om Rudi bisa terbangun kalo kita ngewe disini lagi…” tambahnya lagi sambil melirik ke arahku.
Mereka berdua lalu melihat ke tempat dimana aku tertidur dalam posisi duduk di sofa kamar.
“Kalo besok pagi gimana? Ketika mas Rudi pergi sarapan?” usul istriku.
“Hmmm… boleh deh Tante… Asal tante kasih kodenya aja…”
“Nah… Gitu donk Rom… Tante makin sayang deh ama kamu…”
“Romy juga Tante… makin sayang ama tante…”
“Muuuaahhh…. Muuuaahhh…. Muuuaahhh….” Kecup terakhir istriku dengan gemas pada batang panjang kekeponakannya sebelum ia beranjak ke kamar mandi.
Romy yang seolah masih belum sadar akan keberuntungannya, hanya masih terdiam dalam posisi berdirinya. Tak pernah disangka dalam seumur hidupnya, ia bisa meniduri tante kesayangannya di usia sedini ini. Sambil menatap istriku yang sedang membersihkan diri di toilet kamar, Romy mulai mengenakan pakaiannya satu persatu.
“Tante… aku balik dulu ke kamar ya… Khawatir dicariin mami….” Pamit Romy begitu selesai mengenakan seluruh pakaiannya.
“Iya sayang…” balas istriku sambil memeluk tubuh kekeponakannya itu. “Satu kecupan lagi donk…” tambah istriku lagi.
Mendengar permintaan istriku barusan, langsung saja Romy memonyongkan bibirnya.
“Yeee… siapa coba yang pengen ngecup kamu disitu…” ucap istriku yang masih dalam keadaan telanjang bulat. Ia buru-buru jongkok di depan selangkangan remaja 15 tahun itu dan memelorotkan celana kolornya sampai sebatas paha, kemudian ia mengulum batang penis kekeponakannya dengan gemas.
“Ssssshh…. Dasar tante binal… ga ada puas-puasnya” canda Romy.
“Binal tapi suka khaaaannnn…?” balas istriku.
“Udah ah… Ntar Romy nggak balik-balik nih ceritanya…” kata kekeponakanku sambil mengangkat tubuh istriku yang masih jongkok dan memeluknya.
“Makasih ya Tante Di….” Kata Romy sambil mengecup kening istriku.
“Makasih ya Om Rudi…” tambahnya lagi sambil menengok dan tersenyum ke arahku.
“Makasih ya mas, sudah ngebolehin adek datang ke acara pernikahan Ratu dan Putra di sini… “
“Makasi ya mas sudah ngebiarin Romy numpahin rasa cintanya kepadaku…”
“Makasih ya mas, sudah ngijinin Romy menikmati tubuh istrimu ini… “
“Dan yang terakhir, makasih ya mas, sudah ikut menikmati persetubuhan kami barusan….” Ucap Dian, istriku, sambil mengecupkan bibir tipisnya yang masih berlumuran sperma Romy ke keningku.
“Kamu memang suami adek yang paling adek sayang…”
TAMAT…