KILAUDEWASA -Toni menyingkapkan tali tanktop Neta kesamping pundaknya dan kemudian menurunkan takntop itu kebawah, sehingga nampak gundukan buah dada Neta yang terbungkus oleh bra putih polos tak bermotif. Toni pun melepas kaos jersey “Liverpool” kebanggaannya dan kini ia sudah bertelanjang dada memamerkan tubuh atletisnya pada Neta.
Sembari menciumi bibir Neta, Toni berusaha melepaskan pengait bra yang menutupi gundukan payudara itu. Bra sudah terlepas, tampak payudara berwarna putih berukuran sedang dengan puting berwarna cokelat muda yang sudah memancung keras dihadapan Toni.
Sejenak Toni memandangi keindahan toket Neta, namun Neta malah menyandarkan kepalanya didada Toni, mungkin karena malu Neta lalu memeluk Toni dan menyembunyikan wajahnya didekapan Toni. Toni hanya tersenyum melihat tingkah Neta, ia lalu membangunkan Neta yang bersandar didekapannya dan menatapi wajahnya. Seketika itu Toni langsung berkata.
“Neta… umm… kamu mau ga jadi pacar aku? aku sayang deh sama kamu…” Kata Toni dengan lirih dan sedikit tersendat. Dengan kedua tangan yang menyilang menutupi buah dadanya, Neta berkata.
“Eeeh? Apa? Nembak nih?” Neta terkejut menjawab pertanyaan, dalam batinnya mengapa semendadak ini. Tapi biarlah, tak ada salahnya juga dan bukankah ini justru menjadi momen yang bagus. Ia berbicara dalam hatinya.
“Hmmm… iya! jadi gimana neng cantik?” Kata Toni yang kemudian mencubit pipi kanan Neta yang menggemaskan itu.
“Eh, malah cubit cubit… genit ah….” Kata Neta dengan nada manja pada Toni yang menurut Toni malah semakin membuatnya tampak manis.
“Oooh… jadi… ga mau nih ceritanya?” Tukas Toni.
“Yeee, siapa bilang ga mau..??” Sahut Neta dengan tersenyum tersipu sipu malu.
Toni pun tersenyum bahagia, dengan cepat ia dekati Neta yang berada dihadapannya lalu ia dorong tubuhnya ke kasur, Neta pun terkejut dan kini ia terbaring diranjang. Toni menindih tubuh Neta yang ada dibawahnya, tangan Neta pun dalam posisi terlentang tak menghalangi kedua payudaranya.
Toni langsung menciumi Neta, ia menciumi setiap sudut yang dilewati bibir dan lidahnya, dan kini lidah Toni sudah sampai di telinga Neta, telinga itupun ia jilati dengan lembut, sehingga membuat Neta menjadi semakin tersengal sengal karena libidonya yang naik secara drastis. Kemudian setelah telinga, Toni menciumi dada Neta, disitu ia kembali memainkan lidahnya dengan pelan hingga sampailah lidah itu ke payudara Neta yang mangkel.
Neta hanya bisa memejamkan matanya erat erat ketika lidah Toni menyapu puting yang mengeras itu, tangan Neta menarik selimut dan mencengkeramnya kuat kuat, jari jemari kakinya mulai menekuk kaku pertanda ia merasakan hasrat bercinta yang muncul dari dalam tubuhnya.
Setelah puas bermain dengan puting, Toni mencoba melucuti rok panjang abu abu milik Neta, kini ia pasrah sepasrahnya pada Toni, ia mulai berpikir kalau Toni adalah orang yang tepat. Setelah ikat pinggang dilepas dan resleting belakang rok terbuka, Toni menarik turun rok tersebut dan tampaklah gundukan vagina yang sudah basah kuyup terlapis celana dalam putih polos itu. Tak lupa ia juga mencopot tanktop Neta yang masih melekat ditubuhnya.
Kemudian tanpa lama lama Toni langsung melorotkan celana dalam itu kebawah dan terpampanglah secara nyata sebuah vagina dengan bulu kemaluan yang jarang dan tipis. Namun yang terjadi Neta justru langsung reflek menutupi vaginanya dengan kedua telapak tangannya dan lantas ia menggeleng gelengkan kepala pertanda ia masih enggan daerah sensitifnya dijamah oleh orang lain.
Toni sedikit terkejut, namun ia tak kehabisan akal begitu saja. Ia bergerak maju kembali menindih tubuh Neta yang sudah benar benar bugil. Dengan pelan ia membisikkan sesuatu ke telinga Neta.
“Sayaaang, gapapa yaa?” Bisik Toni ketelinga Neta dengan pelan.
“Aku takut yang, aku belum pernah…” Neta menggelengkan kepala menjawab bisikan Toni dengan nada sedikit ketakutan karena memang Neta sama sekali belum pernah merasakan vaginanya dijamah oleh orang lain sebelumnya.
Tanpa memberi tanggapan pada ucapan Neta tadi, Toni langsung mengecup bibir Neta dan ia berlanjut mengecup puting Neta yang sedari tadi mengeras. Dasar Toni, ia tak kehabisan akal dalam membuat Neta bertekuk lutu padanya. Ia terus jilati puting Neta dan memberi remasan remasan kecil ke payudaranya. Akan tetapi satu hal yang membuat Neta tidak dapat berbuat apa apa lagi, Toni menciumi dari perut ke pinggang Neta, dimana di area itu Neta menjadi sangat kelonjotan karena sebenarnya pinggang adalah titik paling sensitif yang dimiliki Neta.
Saat Toni menjilati pinggang Neta, kaki Neta tak bisa diam ia terus menendang nendang sprei kasur semakin lama semakin tak beraturan, hingga pada akhirnya Neta membuka kedua telapak tangannya yang sedari tadi menutupi selakangnya itu.
Tak mau menyia-nyiakan kesempatan, Toni langsung beralih sasaran ke gundukan vagina yang rapat dan berbulu jarang itu, ia elus dengan lembut, ia coba membuka bibir vaginanya dengan kedua jari, hingga jarinya menyentuh satu bagian seukuran kacang di dalam bibir vaginanya itu, seketika Neta langsung melenguh, nafasnya tak terkontrol semakin berat bak seekor kuda yang berlari di padang pacuan. Toni terus memainkan klitoris itu dengan jari jarinya.
Kemudian ia menggosok gosok memek yang basah itu dengan pelan dan akhirnya ia menemukan liang surga milik Neta, setelah beberapa saat menggosok ia amblaskan kedua jarinya kedalam liang itu. Peret sekali lubang ini, pikir Toni.
Bles, seketika Neta melenguh hebat ia tak mampu menahan gejolak yang timbul dari dalam dirinya, matanya tertutup tangannya mencengkeram erat sprei kasur dan ia mencoba menikmati setiap jengkal kobelan dalam memeknya. Rasanya nikmat, sensasi yang belum pernah Neta dapatkan sebelumnya. Badannya mulai menggeliat, seiring dengan dimasukannya dua jari Toni kedalam lubang memek itu. Kedua jarinya mondar mandir di lubang memek Neta, semakin lama semakin cepat.
Toni mulai mendekatkan wajahnya ke memek Neta, ia ciumi aroma khas vagina yang bersih terawat itu, tidak bau, hanya sudah begitu becek. Langsung saja ia jilati selakangan Neta dengan lembut, lidahnya bermain kecil di daerah sela sela paha. Lalu ia cabut kedua jarinya dari dalam lubang memek hingga akhirnya ia pun kini beralih menjilati belahan vagina becek itu dari bawah keatas berulang ulang, cairan yang keluar terasa begitu asin namun tak mengurangi intensitas libido Toni. Ia jilati klitoris Neta disertai dengan gigitan gigitan kecil, hal ini membuat Neta semakin menjadi jadi, hal itu membuat ia semakin kelonjotan menikmati permainan lidah Toni. Tangan Neta pun aktif meremas remas payudara dan putingnya sendiri yang semakin lama semakin mengeras.
Toni kemudian memasukan kembali dua jarinya kedalam lubang memek Neta dan kini ia memberi kobelan dari RPM rendah ke RPM tinggi, sembari mengkobel ia jilati klitoris mungil itu. Semakin cepat Toni mengocok memek Neta, semakin membuat Neta dekat dengan puncak orgasmenya. Hingga akhirnya setelah puluhan kali kocokan, Neta pun melenguh hebat.
“Uuuhhh… sayang… aku keluar… enaaaaak… uuuuhh…!!” Semburan cairan orgasme dari dalam memek Neta terus memancar. Toni pun menghentikan kocokannya ia berikan waktu pada Neta untuk menikmati sisa sisa orgasme perdana dengan seorang laki laki itu.
Lalu Toni beranjak mendekati wajah Neta, ia cium keningnya. Neta merasa dirinya diperlakukan dengan sangat baik sekali, betapa gentlemannya Toni pikir Neta. Ia sambut ciuman dikening itu dengan mengecup bibir Toni, hingga bibir mereka saling beradu untuk sesaat. Karena ulah Toni pada dirinya tadi, kini Neta pun berubah menjadi lebih agresif. Ia dorong kebelakang tubuh Toni hingga terlentang dikasur. Dalam hatinya Toni berpikir, bakalan seru nih.
Kini posisi mereka berbalik, Toni sekarang berada dibawah dan Neta menindihnya dari atas, Neta menciumi telinga Toni, dan Toni pun mencoba menikmati sensasi yang ia dapatkan dari pacar barunya itu. Setelah itu Neta melihat kearah dada yang bidang milik Toni, tampak dada yang lebar dan lekukan lekukan perut sixpack, sesuatu yang begitu diidamkan oleh Neta.
Neta kemudian mengusap usap puting Toni yang juga mengeras, pelan dia usap dan kini ia menjilatinya dari kiri kekanan, hal itu membuat Toni semakin bergairah. Tangan Toni membelai belai rambut Neta yang sedang menjilati putingnya itu. Neta kini berlanjut memberikan jilatannya kearah bawah, ia berhenti di pusar Toni disitu ia memainkan lidahnya sejenak, tampak Toni merasa kegelian dibuatnya.
Seperti tanpa komando apapun, Neta yang sedari tadi malu malu dan ketakutan, kini justru menarik kolor pendek milik Toni kebawah, ia mencoba melepasnya. Ia pun sedikit terkejut melihat penis tegang Toni yang tidak terbungkus celana dalam sama sekali.
Waktu bersantai dirumah, Toni memang tidak pernah mengenakan celana dalam, ia begitu karena menurutnya tanpa celana dalam penisnya akan semakin bebas bergerak, dan membuatnya semakin bertambah besar. Penis itu mengeras dan berayun keatas dan kebawah sesaat setelah dibebaskan dari sebuah penjara kolor.
Neta terdiam ia memandangi sebuah organ tubuh manusia yang baru pertama kali ia lihat secara langsung dengan kedua matanya, sungguh pengalaman pertama. Toni pun mengayun ayunkan penisnya yang tegang sebagai isyarat agar Neta menjamahinya.
“Ihhhh sayang… ternyata gini ya bentuk aslinya, lucu… hihihi…” Neta cekikikan, ia lalu perlahan menggenggam penis yang berayun ayun itu.
Ia genggam dengan lembut, kemudian ia urut perlahan. Neta mencoba mengingat ingat adegan hand job yang pernah ia tonton sebelumnya dalam video porno. Penis Toni cukup panjang,
didalam genggaman tangan Neta, penis itu masih menyisakan beberapa centi batang sebelum palkon. Palkonnya besar menggambarkan sekali tubuh Toni yang atletis. Ia kocok keatas dan kebawah dengan agak cepat, Toni pun memperingatkan Neta untuk mengocoknya pelan dan kemudian Neta pun menurutinya dan ini merupakan pertama kalinya Neta melakukan hand job.
Setelah beberapa saat dikocok, Toni pun meminta Neta untuk mengemutnya.
“Ga mau yaaang… jorok ih…” Neta menggelengkan kepala menjawab permintaan Toni untuk mengemut penisnya itu. Namun tetap seperti biasa, Toni tak mau menyerah.
“Jorok gimana sih yang?? orang aku rajin bersihin titit kok… ayolah coba dulu dijilat, kalo ga suka tar gausah diemut aja gapapa…” Jawab Toni, dengan segala bujuk rayu yang ia punya.
Netapun mengangguk, dalam pikirnya kalo saja ia tidak merasa nyaman menjilati penis Toni, ia bisa langsung berhenti tanpa harus melukai perasaannya. Wajahnya ia dekatkan ke penis Toni, dengan pelan ia mengeluarkan lidahnya lalu mencicip rasa dari palkon itu. Toni merasa sedikit kegelian, seperti ada aliran listrik yang mengelilingi daerah sensitifnya. Tidak ada yang aneh dengan rasa, begitu pula dengan aromanya. Ia jilati beberapa kali, makin lama makin merasa nyaman dan kemudian dengan tangan yang menggengam batang penis, Neta melahap palkon Toni dan menyelimutinya dengan mulut. Didalam mulutnya, Neta memainkan lidahnya mengusapi palkon itu, Toni semakin merasa tidak karuan. Setelah beberapa saat dalam posisi itu, Neta melepaskan genggamannya dari penis Toni. kini mulutnya semakin bebas memasukan kontol Toni kedalam, ia lahap penis itu hingga mentok dimulutnya, ia tarik kembali mulutnya, ia masukan lagi penisnya dan kini pun Neta langsung hisap penis Toni layaknya menghisap minuman dengan sedotan, pipinya mengempot seiring dengan sedotan mulutnya pada penis Toni.
Setelah beberapa saat Toni merasakan blow job dari pacarnya itu, kini ia meminta Neta untuk merubah posisi ke posisi 69. Neta pernah menonton adegan itu di video porno, ia juga diberi banyak pengetahuan pengetahuan sex oleh sahabatnya sendiri, yaitu Cecil.
Neta cukup penasaran untuk mencoba bagaimana rasanya posisi 69. Akhirnya ia pun menuruti perintah Toni yang sedari tadi berbaring diranjang. Ia bangkit, lalu memutar badannya sehingga kini posisi wajah Neta menghadap penis Toni, dan memeknya tepat menghadap wajah Toni yang ia tindih. Toni meremas bokong Neta, sesekali ia tampar karena gemas melihat kekenyalan bokong pacarnya itu. Sembari meremas bokong Neta, lidahnya kini aktif kembali menggeluti vagina becek itu. Ia terus menjilatinya dan menggigit gigit kecil klitoris yang bersembunyi dibalik bibir vagina itu.
Nafas Neta semakin tak karuan, ia mendesis desis merasakan libidonya kini naik kembali pasca orgasme yang dahsyat. Ia tak mau kalah dengan Toni, segera penis itu ia lumat dengan lahapnya. Ia sedot sedot dengan kuat, hingga Toni merasakan nyut nyutan yang luar biasa.
Diposisi sebaliknya, Toni menghentikan jilatnya dan kini ia berganti mengkorek kembali vagina yang merah merona itu, jari tengahnya ia masukan ia korek hingga mentok dan menarik ulur jarinya itu. Hal tersebut membuat birahi Neta semakin menguat, ia tak kuasa menahan kenikmatan yang ia rasakan pada saat itu. Korekan jari Toni kedalam liang vaginanya membuat ia tak karuan dan kinipun ia sudah dekat dengan puncak orgasmenya yang kedua.
“Uuuh.. aaah… uuuh… akuuuu keluaaar… lagi… yaaaaang…” Desah Neta yang kini merasakan cairan dalam memeknya menyembur keluar dengan deras. Tubuh Neta mengejang, ia menggelinjang dengan hebat. Ia pun lemas terkapar dalam posisi tangan menggenggam penis Toni.
Kini Toni menyuruh neta untuk turun dari atas badannya, ia baringkan tubuh Neta yang lemas itu, ia mengganjal kepalanya dengan bantal.
Kini Toni bersimpuh diatas tubuh Neta dalam posisi men on top. Kedua tangannya meremas remas payudara Neta dengan lembut. Ia pun mendekatkan penisnya yang sedari tegang itu kesela sela dua buah payudara yang ia remasi.
“Jepit yang….” Perintah Toni.
Dengan anggukan kepala, Neta terima instruksi tersebut. Kini kedua tangannya menakup erat kedua payudaranya, Neta menyambut datangnya penis Toni yang hendak menelusup masuk kesela sela bongkahan buah dada kenyal itu.
Seketika itu penis tegang Toni mendarat disela sela payudara Neta, tak kalah responsif Neta pun semakin mengencangkan jepitan payudaranya memberi himpitan kuat pada penis yang terus menggesek kedua sela gunung kembar tersebut.
Toni terus memaju mundurkan pinggulnya, ia bergoyang diatas tubuh Neta sembari menggesek gesek senjata andalannya. Semakin lama jepitan Neta semakin kencang, hal ini membuat Toni kehilangan kendali pada penisnya. Sehingga penisnya pun sempat beberapa kali mencuat dari sela sela jepitan. Namun segera ia kembalikan lagi pada posisi semula. Merasa lahar spermanya sudah semakin mendekati puncak, Toni segera mencabut penisnya yang sedari tadi dijepit payudara Neta.
Masih dalam posisi berdiri diatas lutut, Toni meminta Neta untuk mengulum penisnya sekali lagi. Langsung saja, mulut mungil daun muda itu melahap dengan mantap penis sang kekasih. Ia mainkan lidahnya, ia sapu palkon Toni, bak sedang meminum dengan sedotan ia terus menedot kencang penis itu. Semakin mahir Neta beraksi dalam gaya sepongan.
Tak lama, Toni merasa sudah saatnya sperma kentalnya ia muntahkan dari dalam penis. Dan akhirnya.
“Aaaaahhhhh…. Aku keluaaaar…. yaaaang!!!” Toni berseru dengan lirih.
Matanya terpejam ia merasakan badannya menggelinjang tak beraturan, sperma kental menyembur keluar dari dalam palkon membasahi mulut Neta yang masih menahan penis itu. Tampak rona terkejut dalam wajah Neta, tak ia sangka akan menerima muntahan sperma yang begitu banyaknya didalam mulut.
“Aduuuh… maaf ya sayang… kelepasan tadi…hehehe”
“hmmmm….” Sembari menengadahkan mulut Neta sedikit menggeruti tingkah pacarnya itu.
Tak lama Toni mencabut penis itu dari mulut Neta, dan Neta pun masih tetap menengadah menahan banyaknya sperma yang berada didalam mulutnya. Sungguh luar biasa sensasi yang mereka dapatkan di kamar Kos baru Toni itu.
Segera Toni mengambil tisu basah dari dalam laci, ia membersihkan sperma yang membanjiri mulut Neta. Merekapun terbaring bersamaan terkulai di atas ranjang, sesaat mereka menghadap kelangit langit menikmati sensasi yang sangat luar biasa yang muncul karena benih benih cinta diantara mereka berdua.
Toni memeluknya dari samping, dan Neta menoleh kewajah Toni mereka berciuman untuk beberapa saat. Romantisme asmara kedua ABG itu sangat kuat terasakan.
Tak terasa waktu menunjukan pukul 17.10 WIB, dering Blackberry Neta berbunyi dengan kencang, terlihat tulisan “Incoming Call From Papa” ia bergegas bangun dari ranjang dan menjawab telpon itu, ternyata ayahnya sudah menunggu di depan gerbang sekolah. Kemudian mereka berdua segera berberes diri mengenakan pakaian masing masing. Dengan Ninja 250R merah maroon Toni segera mengantarkan kekasih barunya menemui sang ayah.