Kongkek Siti Terlalu Nikmat

Kongkek Siti Terlalu Nikmat

DEWASA,  Ini kisah nyata saya tentang Kongkek Siti Terlalu Nikmat . Nama saya Amir dan nama panggilan saya Am. Saya berusia 30-an. Penghasilan saya sangat baik dan hobi saya adalah mengumpulkan kenalan untuk diajak berhubungan. Sudah hampir 15 tahun hidup saya dalam dosa, sejak saya frustrasi mencintai kekasih yang sangat saya cintai. Sejak saat itu saya bertekad untuk menghancurkan setiap gadis yang saya kenal. Berdasarkan pengalaman dan pergaulan sehari-hari, saya dapat dengan mudah menarik gadis yang saya inginkan. Dengan keterampilan unik saya, jarang ada yang lolos dari butoh saya.

Prinsip saya adalah “kalau hari ini saya tidak bisa mendapatkannya, lain kali saya bisa mendapatkannya.” Ada yang membutuhkan waktu hampir seminggu untuk mendapatkannya. Sebuah kutipan dari pengalaman saya, saya pernah sangat menyukai seorang kenalan wanita yang berusia awal 40-an. Dia adalah istri seorang pengurus dewan distrik. Namanya Kongkek Siti Terlalu Nikmat . Suaminya tidak bisa memuaskannya karena libidonya yang lemah akibat berbagai penyakit. Kongkek Siti Terlalu Nikmat bertubuh kecil. Potongan rambutnya seperti Zarina Zainuddin, terurai namun rapi. Dia bertubuh kecil, sekecil Shela Majid. Wajahnya cantik dengan riasan sederhana dan tebal namun mampu memukau setiap pria yang memandangnya. Bibirnya selalu merah menyala dan menggairahkan. Payudaranya menonjol dengan potongan tubuh yang cukup menggoda. Dia selalu mengenakan kebaya atau kurung modern.

Suatu malam aku bertemu dengannya di dekat tempat parkir, lalu aku mengajaknya ke tempatku. Aku mengajaknya ke bungalow-ku di daerah pemukiman yang terpencil dari hiruk pikuk kota dan tidak ada gangguan. Aku tinggal sendiri di sana. Di ruang tamu rumahku, aku memintanya untuk membiasakan diri seperti di rumah sendiri. Maklum, itu pertama kalinya kami bertemu sendirian dan di bungalow-ku sendiri. Wah… dia cepat sekali beradaptasi.

Sambil menyodorkan minuman, aku mengobrol dengannya sambil mendengarkan alunan musik romantis. “Apa Am tidak kesepian sendirian?” tanyanya sambil mulai berbicara. “Siapa yang bersedia menemani Am, Kak?…” jawabku sambil menggenggam tangannya dan mendekatkan diri ke tubuhnya di sofa sambil membelainya. Tiba-tiba saja dia memelukku seakan tak ingin melepaskannya. “Kak…, Am kesepian sekali di sini. Rumah ini kan besar…!” kataku terbata-bata. “Kalau Am kesepian… biar aku yang menghiburmu…! Itu pun kalau Am mau…!” katanya lagi sambil mengelus pangkal pahaku. Setelah itu, bibir kami saling menempel erat. “Aku bersedia menemanimu kapan saja. Kalau Am mau, aku bisa memperlakukan Am lebih dari suamiku sendiri…!” Kongkek Siti Terlalu Nikmat menggenggam tanganku dan menuntunnya menuju bukit kembarnya.

Daging yang menggelembung itu terasa kenyal. Tanpa disuruh, aku meremas payudaranya dengan kasar. Tak puas dengan bagian luarnya, kubuka kancing bajunya satu per satu hingga semuanya terlepas. Payudaranya tampak rapat dan hampir keluar dari bra yang dikenakannya. Di bawah cahaya terang, payudaranya tampak putih bersih tanpa cacat apa pun. Tanpa membuang waktu, kulepas pengait bra dari belakang. Kemudian kusetrika pakaian dan kain yang dikenakannya. Jadi pakaiannya teronggok begitu saja di lantai marmer ruang tamuku. Yang tersisa hanyalah celana dalamnya yang berbentuk “V” yang masih berfungsi melindungi daerah terlarangnya. Kuusap dan kuremas kepala payudaranya yang seperti batok kelapa dengan bentuk menggelembung di sekeliling bintik hitam di kepala payudaranya. Aku yakin kalian pernah melihat bentuk seperti ini di film-film porno. Bahkan, payudaranya yang kencang itu juga menggelembung seperti balon.

Dengan penuh gairah aku menggarap payudaranya. Aku hisap dan remas sepuasnya hingga ia menjerit, “ahhh.. aaahh… ahhh…… seeddddaaapppnya…! Ammmm….!!!” saat aku menggigit putingnya. Permainan puting itu berlangsung cukup lama. Selalu diiringi dengan gerutuan nikmat dari mulutnya. Lalu kuciumi seluruh tubuhnya hingga ia menggeliat dan tak kuasa menahan kegirangannya.

Aku tak mencium bibirnya beberapa saat karena aku akan melumat bibirnya yang basah di akhir permainan. Lagipula, bibirnya sangat menawan dengan lipstik yang berkilau seperti air dan harganya pasti mahal. Permainan di ruang tamu berlangsung cukup lama. Akhirnya, aku memeluk tubuhnya untuk digendong ke kamar tidurku yang sudah ditata rapi oleh pembantuku sejak tadi. Di atas kasur setebal satu setengah kaki, aku menanggalkan celana dalamnya dari tubuhnya. Kini bentuk segitiganya yang montok terekspos dengan rambut hitam tebal yang tumbuh di sana. Aku merentangkan pahanya selebar mungkin.

Di bawah cahaya neon yang terang, rahasia pribadinya terbongkar. “Kak… aku mau potong rambut kakak…! Aku mau bentuk yang menarik, boleh???” kataku pada Kak Siti. Matanya terbelalak membayangkan keinginan yang telah kusampaikan. Namun, aku benar-benar tidak berniat menunggu jawabannya. Aku segera meraih pisau cukur, sisir, dan gunting yang ada di atas lemari riasku. Seperti tukang cukur profesional, aku menyisir rambutnya dengan pisau cukur. Dengan posisi mengangkang yang lebar itu, aku bebas menggarap area terlarangnya.

Pertama-tama aku mencabut bulu-bulu di sekitar klitorisnya. Kemudian aku membentuk tanda “Love” di bagian atas klitorisnya yang tampak menonjol. Aku menjepitnya dan merapikannya serapi mungkin. Tanpa ada yang keberatan, Siti menyerahkan klitorisnya untuk aku garap. Sementara itu, aku memanjakan diri dengan mengusap-usap klitorisnya berulang kali. Lama-kelamaan, lendir mulai keluar membasahi klitoris di bawahnya. Setelah selesai, aku menariknya ke kamar mandi di kamarku. Di sana aku mulai mencuci klitoris Siti dengan sampo.

Aku singkirkan semua helaian rambut yang tersangkut di celah kemaluannya. Terlihat jelas bahwa celah kemaluannya begitu basah saat aku mencukur pantatnya. Sambil keramas, aku memijat dan membelai klitorisnya. Aku membuat Siti tampak seperti anak kecil yang tidak tahu cara membersihkan selangkangannya sendiri. Tanpa menolak, Kongkek Siti Terlalu Nikmat menyerahkan selangkangannya ke tanganku. Matanya terpejam, menikmati belaian tanganku di sana. “Am…! Seedddaaappp laaaaa…!!! Main sana lagi……! Aku tidak tahu lagi… niiiiiiiiii.” Aku mengusap dan meremas klitorisnya dengan rakus. Terlebih lagi, ada lapisan lendir yang membasahi selangkangannya. Penisku juga menyembul menyakitkan dari balik celana jins yang masih kukenakan. Setelah selesai, aku membangunkannya dan menariknya kembali ke dalam kamar. Belaian itu terus berlanjut.

Namun kini giliran Kak Siti yang melakukannya. Aku hanya berbaring di tempat tidur. Ia menanggalkan pakaianku satu per satu. Akhirnya, Kak Siti menanggalkan pakaianku dengan kasar. Ia merobek pakaianku dengan keras hingga kaus yang kukenakan robek. Aku sangat suka cara ia melakukannya. Sambil menanggalkan pakaianku, tangannya membelai dan mengusap tubuh dan kemaluanku. Terakhir, tangannya memegang kemaluanku sambil mengusapnya dengan lembut. Itu membuatku merasa sangat nikmat meski hanya dengan belaian tangannya.
Kak Siti pintar memainkan perannya. Setiap kali aku merasakan kemaluanku digigit dan dimanja, dan terkadang seluruh penisku masuk ke dalam mulutnya. Dihisap dan diregangkan. Tanpa kusadari, aku berteriak, “aarrrrruuggghhh…!” Saat itu, ia tiba-tiba menghisap penisku dengan keras. Seolah-olah ia tidak mau melepaskannya. Ia menghisap penisku dalam mulutnya cukup lama. Terkadang seperti dikunyah dengan lembut. Semakin lama aku menahannya, semakin nikmat rasanya.

Terlebih lagi, aku mulai mendorong penisku keluar masuk dari mulut Siti. Tanganku tidak hanya diam. Aku memegang kepala kecil Siti. Bersamaan dengan itu, aku menarik kepalanya turun hingga ke pangkal penisku. Alhasil, penisku pun berlumuran ludah Siti. “Aaarrrrr gggggghhhh…! Kkkkaaaaakkkkkk ttttaakkk ttttaahhhaan……!!! Aaaammm….! gggrrhhh…..!!!!!!” Berbagai suara yang tidak jelas keluar dari mulut Siti. Namun, aku tetap mendorong penisku sedalam mungkin ke dalam mulutnya. Akhirnya, aku bisa merasakan penisku telah masuk melewati tenggorokan Siti. Saat itu, kehangatan itu seperti memijat penisku. Aku telah mendorong penisku terlalu dalam. Keadaan itu terbukti jelas ketika bibir Kongkek Siti Terlalu Nikmat sudah melekat erat di pangkal penisku. Butuh waktu lama bagiku untuk memasukkan penisku ke dalam tenggorokan Siti. Aku hanya ingin meniduri mulutnya yang indah itu. Kak Siti hampir tersedak karena tidak dapat menahan napas lagi. Matanya memutih saat ia menahan napas. Kak Siti mengepak-ngepakkan sayapnya seperti ayam yang disembelih.

Namun mulutnya tetap tak bisa lepas dari cengkraman penisku. Tangannya meraba-raba berusaha melepaskan mulutnya dari penisku. Kakinya menendang, namun tak satu pun mengenai sasaran. Yang berserakan hanyalah bantal, selimut, dan seprai yang seperti habis diterjang badai. Kak Siti meronta sekuat tenaga. Selangkangannya berlendir dan berlumuran lendir dari dalam anusnya sendiri. Lendir licin memang banyak keluar dari sana. Apalagi saat di sekitar lubangnya tak ada bulu. Jadi jelaslah lendir itu menetes dari sana. Lendir itu sudah membasahi pangkal pahanya penuh akibat ejakulasinya tadi. Sepertinya Kak Siti sudah beberapa kali mencapai klimaks. Apalagi saat tubuhnya mengejang hebat sambil memelukku erat.

Erangan Kak Siti makin melemah. Kucabut penisku dari mulut Kak Siti agar ia bisa bernapas lagi. Saat itu, Kak Siti sedang berbaring telentang, seperti orang pingsan. Matanya terpejam rapat, hanya payudaranya yang bergerak naik turun dengan cepat seperti dipompa. Sambil berusaha bernapas, napasnya mendengus keras, mengeluarkan suara, “ggggrrrhh….!!! gggrrrhhh….!!!” yang tak kunjung berhenti. Air liur keluar dari mulut Kak Siti. Sudah hampir dua setengah jam melakukannya, tetapi belum ada tanda-tanda bahwa aku merasa puas. Yang pasti, aku akan terus meniduri Kak Siti setelah ia pulih sebentar lagi. Setengah jam berlalu, penisku sudah terkulai. Noda merah dari lipstik Kak Siti terlihat jelas di sekitar kepala dan penisku yang dikelilingi urat-urat kasar. Aku tidak merasa puas karena lipstik mahal yang memperindah bibirnya itu akhirnya menjadi alat untuk menikmati penisku. “Kak…kamu baik-baik saja???” tanyaku sambil membelai wajahnya dengan lembut.

Ia tersenyum, memejamkan mata, dan menganggukkan kepala. Tanganku perlahan membelai bagian rambut kemaluan yang sudah berbentuk seperti tanda cinta itu. Rasanya kasar dan tajam di sana karena aku telah memotong pendek rambutnya. Kemudian aku mengulurkan jari telunjukku ke celah pantatnya, yang masih licin. Jari-jariku memainkan dan membelai daging klitorisnya yang mulai mengeras. Semakin lama aku merasakannya, semakin keras rasanya.

Dengan dua jari, kujepit klitorisnya sambil menggoyangkannya. Klitorisnya menyembul dari balik kulit tipis yang menyelimutinya. Klitoris Siti kuputar-putar dengan jariku di ujung klitorisnya. Lebih parahnya lagi, punggung Siti ikut bergoyang mengikuti gerakku. Kalau dia tidak terima seperti itu, kusobek klitorisnya. Penisku mulai mengeras. Kurenggangkan kedua paha Siti. Kini giliran lidahku yang menggarap kemaluan Siti. Kuciumi daerah terlarangnya itu. Kubenamkan wajahku di sana dan kuarahkan wajahku ke pantatnya. Bersamaan dengan itu, aku aktif menghirup cairan licin yang ada di sana.

Alhasil, cairan itu makin banyak keluar dari pantat sempit Siti. Erangannya terdengar jelas. Siti sudah tidak tahu lagi apa arti malu. Terbukti saat ia berteriak sekeras-kerasnya tanpa malu. Suasana banglo dan kamarku yang luas itu bergema dengan teriakan nafsunya yang memenuhi seluruh ruangan. “Mau yang spesial?? tanyaku lagi. “Am… lakukan apa pun yang Am suka untukku malam ini. Aku tinggalkan semuanya untuk hidangan Am….! Am bisa menyiksaku lagi seperti dulu…! Seeddddddaaap…. sayang….!!!” bisik Kongkek Siti Terlalu Nikmat di telingaku. Aku makin bergairah saat mendengar ketulusan Siti padaku. Aku pun mengangkat kedua kaki Siti setinggi-tingginya. Lalu kubuka lebar-lebar selangkangannya. Alhasil, pantat yang tadi tersaji di depan mataku terpampang jelas. “Kakak, tahan saja seperti ini….! Jangan tutup selangkanganmu. Ini yang paling spesial untukku malam ini…!” kataku padanya.

Tanpa memegang tubuhnya, aku hanya menjulurkan lidahku untuk menyentuh bibir pantatnya. Kedua tanganku sudah berada di belakang tubuhku. Tangan Suster Siti memegangi kakinya sendiri sehingga dia selalu mengangkanginya sementara aku melakukan operasi dengan mulutku. Aku menjilati pantatnya dari anus hingga klitorisnya.

Ketika ia digelitik, dengan kepiawaianku sendiri aku menjilatinya memanjang ke atas. Bersamaan dengan itu, pantatnya juga ikut terangkat mengikuti jilatanku. Lebih parahnya lagi, ia mulai bermain gila-gilaan, Kongkek Siti Terlalu Nikmat menjerit, “uuugggghhh….!!!!
Sooooo Setelah tidak tahan dipermainkan seperti itu, kedua tanganku mulai memegangi kedua kaki Kak Siti. Aku merenggangkannya lebar-lebar hingga pantatnya terekspos dengan lubang yang sangat sempit. Aku rasa lubang itu hanya cukup untuk menampung jari kelingkingku. Namun, kepala torpedoku tetap kuarahkan tepat ke mulut pantatnya. Kulihat Kak Siti menahan napas sambil menghisap pantatnya. Aku bisa merasakan lubang pantatnya semakin mengecil karena kepala penisku terasa semakin dekat di sana. Aku menekan penisku ke bawah untuk berusaha memaksanya masuk ke pintu yang sangat sempit itu. Pantat dan punggungnya memang ditekan ke bawah. Namun, kepala penisku sama sekali tidak terlepas dari lubang pantatnya meskipun di sana terdapat banyak pelumas.

Aku mencoba dua kali tetapi tetap saja sama saja. Aku mulai bertanya-tanya apakah penisku terlalu besar untuk lubangnya? Tetapi penisku ukurannya pas, hanya sedikit lebih panjang dari kebanyakan pria Melayu. Akhirnya aku mencoba memasukkannya dengan jari kelingkingku. Tetapi Kak Siti segera menghentikanku. Tangannya dengan cepat menangkap tanganku sebelum aku bisa memasukkannya ke dalam lubang pantatnya. “Am….! Ini spesial dariku…! Jangan gunakan jarimu…..!” Kak Siti meminta kerja samaku. Jelas bahwa lubang pantatnya terlalu sempit.

Aku tidak bisa memasukkan kepala penisku sedikit pun. Hanya sampai ke bibirnya dan lubang vaginanya. “Kakak…! Kok sempit banget sih…?” Baru pertama kali ini aku menyentuh pantat istri orang yang begitu sempit. Bahkan, lebih sempit dari pantat perawan. Aku mulai merasa sangat beruntung bisa menikmati hubungan intim ini. “Ibu…! Ini rahasiaku lho…! Ini cuma buat Ibu…!” katanya padaku. “Aku akan menahan napas sambil menghisap pantatmu seperti ini…” Kakak Siti pun memperlihatkan pantatnya padaku. “Jadi… itu sebabnya lubangmu selalu sempit…! Waktu Ibu mau memasukkannya tadi, otot-otot di sekitar lubangku jadi mengeras. Itu sebabnya Ibu susah masuk…!” katanya panjang lebar. Aku akui Kakak Siti memang hebat. Meski sudah cukup tua, pantatnya lebih sempit dari perawan…! Kakak Siti memang piawai mempermainkan pantatnya sendiri. Sebagai perbandingan, saya pernah meminta beberapa wanita yang pernah berhubungan seks dengan saya untuk melakukan hal yang sama. Namun, tidak ada yang dapat menandingi kehebatan Kak Siti.

Tak hanya mampu menahan penisnya cukup lama, ia juga beraksi meremas penisku saat disodok dan ditarik. Siti mampu melakukannya hanya dengan menggunakan kekuatan otot pantatnya. Maka tak heran jika aku paling nikmat saat bisa berhubungan seks dengan Kongkek Siti Terlalu Nikmat . Tak lama kemudian, aku mencoba lagi untuk yang ketiga kalinya. Saat itu, kulihat Kongkek Siti Terlalu Nikmat agak kehilangan konsentrasi. Ia bahkan tak menyadari bahwa aku tengah berusaha mendorong pantatku ke dalam vaginanya. Menyadari kesempatan itu, kudorong pantatnya dengan kasar. Dengan sekali dorongan yang sangat keras, kusodokkan pantatku ke dalam pantat Siti. Tiba-tiba, kepala penisku terbenam ke dalam pantatnya. Siti terkejut dengan tindakanku. Kali ini aku berhasil. Sedikit demi sedikit, hingga akhirnya seluruh penisku terbenam. Ia sudah aman berkubang di dalam lubang kenikmatan Kongkek Siti Terlalu Nikmat .

Aku tersenyum sangat

Permainan itu berlangsung cukup lama dan sudah menunjukkan tanda-tanda berakhirnya hubungan kami. Kak Siti sudah beberapa kali mencapai klimaks. Berbagai gaya sudah kami lakukan. Baik dari depan, samping, atas, bawah, dan belakang. Begitu pula dengan acara melipat yang tak kalah memukau. Aku melilit tubuh Kak Siti. Ia seperti pemain akrobat. Tubuh Kak Siti yang mungil dan ringan memudahkan kerjaku. Aku mendekapnya sambil berdiri. Kemudian aku melipat kakinya hingga lututnya bertemu dengan bahunya sendiri. Setelah itu aku menusukkan senjataku ke dalam vaginanya dalam posisi terbalik seperti itu. Kepala peluruku menyentuh dan menghantam pintu rahim Kak Siti yang cukup kokoh di anusnya. Kasarnya aksiku itu membuat Kak Siti menjerit keras karena terkejut disetubuhi karena kenikmatan.

Setelah hampir puas, aku merenggangkan tubuhnya seperti posisi pertama. Sebelum mengakhiri hubungan, kusetrum kemaluan Siti dengan tusukan yang keras. Penisku yang panjang itu menusuk pantatnya sedalam-dalamnya. Pangkal penisku bahkan sempat menyentuh klitorisnya. Ujung penisku juga sudah mencapai ujung sumur Siti yang sedang hamil. Mulai menyentuh bagian yang terasa keras dan sedikit kenyal di sana. Saat sudah sampai di titik itu, Kongkek Siti Terlalu Nikmat pun mulai menjerit dengan keras.
“AAAHHH…..!!! UUHHHH………!!! hhheeee……!!! iiiiiiitttttttt…..!!!” Suara Siti bergetar. Dengan sekali sentakan, aku mencabut seluruh batang ajaibku dari pantatnya. “Aaaaaauuuuuuuggggggghhhhhhh……!!!!!!!!” Siti menjerit dengan keras. Di saat yang bersamaan, penisnya terasa seperti sedang buang air kecil, menyemprotkan beberapa kali air bening dan menggeliat. Saat itu saya melihat kemaluan Siti seperti sedang buang air kecil. Itulah yang membuat saya kaget dan heran.

Itulah pengalaman pertamaku menyentuh pantat wanita yang bisa menyemprotkan air seni encer hingga ke klitorisnya. Air yang menyembur dari klitoris Siti itu seperti air seni tapi kurasa itu bukan air seni. Mungkin itu semacam semburan air birahi yang berasal dari kekuatan pantatnya yang besar. Air birahinya itu keluar lagi saat ia meremas pantatnya. Saat kuusap klitorisnya, air seninya lebih kuat hingga membasahi sebagian selimut dan kasurku. Sambil melolong nikmat, Kongkek Siti Terlalu Nikmat tanpa ragu terus menyemprotkan air seni birahinya. Rasa nikmat yang hebat di wajahnya membuatku semakin bernafsu padanya. Kadang air seninya menyembur hingga membasahi penisku yang berada tepat di depan klitorisnya. Itu terjadi beberapa kali lagi. Saat itu tanganku menjepit klitoris Siti dengan erat.

Keadaan seperti itu hanya terjadi ketika Kak Siti benar-benar 100% puas dengan foreplay yang cukup lama. Setelah menontonnya berkali-kali, saya mulai tahu teknik dan cara membuat Kak Siti muncrat sampai kencing birahinya keluar setiap kali saya menyetubuhinya. Suaminya sendiri tidak pernah menyentuh pantatnya sampai kencing birahinya keluar seperti yang saya lakukan. Kata Kak Siti, itu terlalu nikmat dan birahinya tidak terbendung ketika saya melakukan itu padanya. Bayangkan jika dia datang ke rumah saya tengah malam hanya untuk meminta saya menyetubuhinya sampai kencing birahinya keluar. Malam itu saja kami berhasil melakukannya beberapa kali lagi. Alhasil, kami berdua merasa sangat lelah di siang hari.

Dalam keadaan telanjang, kami tidur berpelukan di atas ranjang yang sudah basah kuyup. Tubuh Suster Siti basah oleh cairan mani kentalku. Ketika cairan mani itu mengering, cairan itu mulai mengeras di sekujur tubuhnya. Begitu pula dengan wajah Suster Siti dan bagian dalam mulutnya. Semua kecantikannya tertutupi oleh bekas-bekas ejakulasiku. Keesokan harinya, setelah semalam menikmati perjalanan dengan Suster Siti di atas perahu, aku terpaksa mengambil cuti sehari karena sangat lelah. Sekarang Suster Siti sudah seperti keluargaku sendiri. Ia bebas keluar masuk pondokku bahkan di siang hari ketika pembantuku ada di rumah. Aku selalu siap menuruti keinginannya yang liar. Meskipun kadang-kadang ketika aku berhubungan seks dengan orang lain, Suster Siti rela menunggu gilirannya untuk kusetubuhi pantatnya setelah itu. Bayangkan berapa lama waktu yang dibutuhkan untukku ejakulasi lagi…! Sekali waktu dari pukul 10.00 malam sampai pukul 03.00 pagi, cairan maniku keluar. Itulah kisah nyataku. Akan tetapi, aku harus merahasiakan nama lengkapku.

Cerita ini adalah pengalamanku sendiri. Itu pula yang membuatku masih jomblo hingga saat ini. Karena aku bisa mendapatkan kenikmatan seks kapan saja. Sebagian wanita yang kukenal bisa langsung kuajak, dan sebagian lagi harus kubujuk dengan berbagai janji. Namun memang, semua wanita yang pernah kugoda berhasil kutampar selangkangannya. Aku sudah berhubungan seks dengan mereka selama beberapa jam. Ketika aku sudah berhasil menabur benih keturunanku ke dalam gudang mereka yang sedang hamil, maka aku merasa puas.

Setiap perjaka yang ketahuan di pondokku, aku baru bolehkan dia pulang setelah aku melucuti keperjakaannya. Begitu juga dengan janda dan istri, semuanya pasti akan menjadi buruan penisku. Ada yang mudah didapat dan ada yang harus bekerja keras untuk mendapatkannya. Tapi kak Siti yang paling aku suka…! Karena kemampuannya yang luar biasa dan buas. Tidak peduli di mana, di pondokku sendiri, di hutan, di pinggir sungai, atau di mobil. Aku pernah ke rumah teman perempuan saat lebaran. Dia masih sekolah di SMP terdekat. Dia tinggi dan berkulit putih. Tubuhnya saja sudah bisa membuat penis lelaki berasap saat melihatnya. Apalagi pantatnya sudah besar, tegak sekali…! Payudaranya yang indah dan montok jelas melengkapi dirinya sebagai perempuan yang cukup sempurna kecantikannya. Aku mengenalnya sekitar 2 bulan yang lalu. Pertama kali melihatnya aku sudah menduga kalau dia masih perjaka.
Saat itu dia mengenakan kaus oblong tanpa lengan yang memperlihatkan pusarnya dengan jelas. Kain yang dikenakannya juga cukup ketat dan ketat. Dengan corak pakaian seperti itu, sungguh membuat nafsu birahiku mendidih. Seluruh lekuk tubuhnya yang indah terpampang di depan mataku sejelas-jelasnya. Sejak awal aku memang sudah punya niat mesum padanya. “Sebentar lagi, aku harus merelakan keperawananmu…!” kata suara birahiku. Namun ternyata dia bukanlah gadis yang mudah dirusak. Sejak pagi aku sudah melayaninya dengan berbagai janji dan bujukan. Namun dia tetap tidak berani masuk ke bangloku. Setelah makan siang, aku pun menemaninya di sebuah taman yang tidak jauh dari bangloku. Sekitar satu jam kemudian, dia mulai mengeluh ingin buang air besar. Karena toilet umum di sana kurang memadai, maka terbukalah alasan yang kuat bagiku untuk mengajaknya ke bangloku.

Karena nekat, ia pun menyetujui lamaranku. Begitu masuk ke dalam vaginaku, mudah bagiku untuk menusukkan jarum persuasi berikutnya. Rupanya, keperawanannya memang sudah ditakdirkan untuk putus dengan butohku. Maka keperawanan wanita cantik itu pun ikut terperangkap dan menjadi korban butohku. Noda darah di sprei putihku akhirnya menjadi bukti kejahatan yang telah menodai kesuciannya. Tepat pada hari raya Idul Fitri tahun itu, aku tengah mengendarai mobil di dekat rumahnya. Kulihat ia tengah menyiram bunga di halaman rumahnya. Saat itu, ia mengenakan gaun batik yang cukup pendek dan ketat. Aku pun langsung menghentikan kendaraan untuk menyaksikan gerak-gerik tubuhnya yang menggugah nafsu birahiku.

Dari tatapanku, aku sudah bisa menebak kalau dia tidak mengenakan celana dalam. “Tunggu dulu…! Sebentar lagi aku akan merobek bajumu sampai kulihat lubangmu yang nikmat itu.” Kata-kata nafsu dan keinginan itu terngiang-ngiang di hatiku. Dia mengenakan T-Shirt hitam lengan panjang. Namun potongannya sangat pendek, 6 inci di atas pusarnya. Ketika dia mengangkat lengannya cukup tinggi, putingnya yang kemerahan bisa terlihat sedikit untuk memastikan bahwa dia juga tidak mengenakan bra. Perutnya yang putih dan menonjol itu cukup indah saat terekspos seperti itu.
Semua yang kulihat benar-benar mengundang nafsu birahiku padanya. Aku segera memarkirkan mobil dan masuk untuk mengunjungi rumahnya. Kebetulan, hanya dia dan ibunya yang ada di rumahnya. Anggota keluarganya yang lain tidak ada di rumah untuk lebaran. Tidak lama kemudian, ibunya meninggalkanku berdua dengannya di rumah. Ibunya pergi ke rumah tetangga untuk merayakan lebaran di sana. Dia datang kepadaku sambil membawa seember air. Saat itu aku sedang duduk di sofa. Begitu dia mendekatiku, aku langsung bertindak untuk melepaskan pakaiannya. Dia terjebak dan tidak bisa menghentikan tindakanku yang tidak senonoh itu karena kedua tangannya sedang memegang nampan air minum.

Jadi aku bisa dengan bebas membuka kainnya sesuka hatiku. Terlebih lagi, kemaluannya yang tak berbulu pun terekspos. Kain itu kulilitkan di pinggangnya. Jadi tubuhnya telanjang dari pinggang ke bawah. Lalu kutarik dia untuk duduk di atas ereksiku. Butohku memasuki lubang kemaluannya. Terlebih lagi…! Aku pun mulai berhubungan seks di ruang tamunya. Saat itu, pintu depan ruang tamu terbuka lebar. Dengan kami yang menghadap pintu, aku yakin siapa pun yang lewat pasti bisa melihat apa yang kami lakukan. Saat itu sedang lebaran. Memang banyak yang lalu-lalang.
Dan banyak yang bisa menyaksikan hubungan seks kami. Tapi kurasa sebagian besar dari mereka lebih tertarik melihat keindahan tubuhnya. Selama lebih dari satu jam, butohku berkubang di pantatnya. Akhirnya, aku mengeluarkan mani ke dalam perutnya. Karena terlalu marah, aku memercikkan banyak mani ke sarangnya yang subur. Tiba-tiba aku mendengar suara ibunya datang dari dapur ke ruang tamu. Dia bangun dengan linglung untuk membetulkan pakaiannya. Untungnya saya berhasil menyemprotkan semua sperma saya ke dalam vaginanya. Rasanya sangat memuaskan bisa menyelesaikan hubungan intim dalam situasi yang tidak aman seperti itu.

Ketika ibunya datang, ia langsung menuju dapur. Ibunya duduk di hadapanku dengan membelakangi dapur. Aku mengobrol sebentar dengannya. Perlahan, putranya muncul dari dapur. Kali ini, ia telanjang bulat. Mataku terbelalak, mengagumi keberaniannya. Namun, ibunya tidak melihat tindakan putranya karena tindakan itu terjadi di belakangnya. Kulihat penisnya sepenuhnya tertutup oleh cairan mani putih kentalku. Tak kurang dari itu, cairan itu telah meluber hingga pangkal pahanya. Dengan penuh rasa bangga, ia memamerkan hasil hubungan zina yang baru saja kami lakukan. Tanpa menoleh ke belakang, ibunya memanggil putranya untuk mengambil pakaian yang teronggok di tali jemuran di belakang rumah. Putranya dengan berat hati pun menurutinya.

Saat itu jantungku berdebar kencang, takut kalau ibu itu menoleh ke belakang. Anak itu langsung bergerak ke arah pintu belakang. Tiba-tiba, telepon berdering dan ibu itu langsung mengangkatnya. Saat pembicaraan telepon berlangsung, aku meminta izin untuk ke dapur mencuci piring. Tujuanku sebenarnya hanya untuk mengamati tingkah laku anakku. Sesampainya di dapur, kulihat kain batik dan baju anaknya masih tergeletak di lantai. Aku langsung bergerak ke arah pintu dapur yang sudah sedikit terbuka. Aku mengintip ke luar perlahan. Memang, anak itu sedang memunguti baju-baju di belakang rumahnya. Ia berdiri menghadapku. Namun, ia melakukannya dengan sangat santai hingga tubuhnya telanjang bulat. Secara kebetulan, tak lama kemudian, seorang penjual roti beragama Hindu lewat. Aku menduga anak itu pasti langsung berlari masuk ke dalam rumah karena malu. Namun, ternyata dugaanku salah.

Ia masih mengerjakan pekerjaannya di sana dengan sangat santai, dengan membelakangi penjual roti. Penjual roti itu tidak senang, dan ia hanya bisa melihat tubuh anak Melayu yang serba putih itu tergeletak di sana. Namun yang terlihat olehnya hanya punggungnya. Sedekat apapun, ia tetap memarkirkan motornya di sana. Jaraknya bahkan tak sampai 10 kaki dari posisiku. Dengan gadis itu, tentu saja lebih dekat lagi. Ia dapat melihat dengan jelas semua usapan punggung telanjang gadis itu. Tak lama kemudian, gadis cantik telanjang itu pun berpindah posisi. Ia berdiri menghadap penjual roti itu. Ia tampak sengaja ingin memamerkan payudara dan alat kelaminnya kepada lelaki yang dimaksud. Pandangan lelaki itu jelas tertuju pada selangkangan gadis itu. Ia cukup tertarik melihat kelembutan jambul yang tak berbulu itu. Bahkan, amarahnya makin terlihat jelas saat ia mulai mencabut pantatnya sendiri. Batang kelaminnya yang hitam legam itu jelas keras. Dari keadaannya, aku yakin batang kelamin itu sudah tidak diservis setidaknya selama seminggu. Terlebih lagi, ia bahkan mulai mengayunkan pantat keras itu dengan tangannya sendiri.

Gadis itu berhenti berdiri dan memandangi batang hitam yang belum disunat itu. Mungkin dia tertarik dengan kondisi kepala butoh yang keluar masuk melalui kulit yang belum disunat itu. Kepala butoh Hindu yang panjangnya dua lengan itu berayun makin cepat. Nafsu birahinya cukup berkobar melihat kondisi kemaluan wanita Melayu itu. Tentu saja pantatnya masih berlumuran bekas air mani putihku. Semua bukti yang tertancap di selangkangan si bocah jelas-jelas menunjukkan bahwa dia baru saja selesai berhubungan seks.
Si penjual roti itu pasti mengira bahwa kemaluan gadis cantik itu selama ini memang sarang pemuas nafsu butoh beberapa lelaki. Kulihat kepala butohnya mulai berkelebat hendak meledak karena air mani. Dia melangkah maju beberapa langkah dan berhenti tepat di tepi pagar. Saat dia berjalan, celana yang dikenakannya terlepas hingga mata kaki. Jadi si penjual roti itu pun telanjang dari pinggang ke bawah. Saat itu, jarak antara dia dan gadis itu hanya sekitar 3 kaki. Aku tahu tujuannya menutup jarak adalah untuk menghujani anak laki-laki telanjang itu dengan air maninya nanti. Tak lama kemudian, aliran air mani mulai menyembur dari penis yang tidak disunat itu.

Gadis itu masih berdiri di sana. Apalagi tubuhnya yang datar dan telanjang itu dilumuri cairan mani Hindu. Bercak-bercak putih cairan mani itu memenuhi seluruh wajah dan dadanya. Bibir gadis itu yang seperti buah delima juga terkena peluru-peluru nafsu si penjual roti. Ia sudah tidak puas lagi bisa bermasturbasi seperti itu kepada seorang wanita cantik Melayu. Tidak lama kemudian, ia pun pergi. Aku kembali ke ruang tamu. Saat itu, ibunya baru saja meletakkan telepon. Aku duduk bersandar di sofa dan melanjutkan obrolan dengan ibunya.
Saat kami mengobrol, kulihat anaknya muncul dari dapur sambil membawa sekeranjang kain yang baru saja diambilnya. Jantungku berdebar kencang saat melihat ia masih telanjang. Kali ini lebih parah lagi. Kini, bukan hanya selangkangannya yang penuh cairan mani, wajah dan dadanya pun sama. Untung saja, saat itu ibunya sedang asyik mengobrol denganku. Jadi, ia tidak sempat menoleh sedikit pun. Anaknya hanya berdiri telanjang di belakang ibunya dan terus menaiki tangga ke lantai atas.

Tak lama kemudian, saya minta pulang. Setelah kejadian itu, saya beberapa kali datang berkunjung ke rumah. Saat dia datang menyambut saya di pintu gerbang dengan mengenakan kaus oblong dan kain batik, saya pun melepaskan kain batik yang dikenakannya. Setelah itu, saya menuntun tangannya dan langsung masuk ke dalam rumah. Saat sperma saya sudah penuh dan menggenang di perutnya, saya pun pulang. Terima kasih banyak.

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *