Viral Dokter Skandal

Viral Dokter Skandal
Viral Dokter Skandal

Viral Dokter Skandal

KILAUDEWASA  –  Kisah  Viral Dokter Skandal di mulai dari sini Namaku Chris, dokter spesialis kandungan di rumah sakit negeri di kota ini. Usiaku 35 tahun, belum menikah bukan karena aku kurang ganteng, tapi pacarku lagi menyelesaikan S3 di Amerika, jadi aku nunggu dia kelar dulu. Tinggiku 180 cm, hobi basket, kulitku putih, dan wajahku sering bikin cewek-cewek tergoda.

Punya pacar nggak berarti aku nggak “main” sama yang lain. Jujur aja, aku punya beberapa hubungan spesial, entah sama dokter Rani di sini atau anak koas dari fakultas kedokteran. Tapi aku pilih-pilih, harus yang lebih muda dan cantik.

Banyak yang udah coba merebut hatiku, tapi aku belum mau serius. Selama pacarku jauh, aku manfaatin kesempatan ini. Udah cukup banyak yang aku taklukin, tapi ada satu yang bikin aku penasaran banget. Namanya Salsa, umur 22 tahun, anak koas dari universitas negeri di kota yang sama. Kebetulan aku jadi residennya.

Wajahnya manis, matanya kalem, dan dia pakai jilbab lebar beda dari kebanyakan anak lain. Memang aku pernah deket sama yang berjilbab juga, tapi gaya Salsa beda. Tingginya sekitar 165 cm, tubuhnya proporsional, nggak kurus nggak gemuk, pas banget sama tipeku.

Jilbab lebarnya nggak bisa nutupin lekuk dadanya. Kukira ukurannya 36B atau mungkin 36C. Cara dia ngomong lembut banget, bikin aku kebayang-bayang. Apalagi dia jaga jarak sama orang, termasuk aku. Beberapa kali aku coba ngobrol, dia selalu nunduk pas bales aku.

Dia juga nggak mau salaman waktu aku sodorkan tangan. Kulitnya yang putih mulus keliatan di pipi sama ujung tangannya. Ada tahi lalat di atas bibirnya yang bikin dia tambah manis. “Salsa, makan bareng yuk, aku traktir,” kataku, coba rayu dia.

“Terima kasih, Dok… saya sama temen-temen aja,” jawabnya pelan. “Jangan panggil Dok, panggil Kak aja.” “Baik, Dok… eh, Kak,” katanya. “Tapi makasih tawarannya, aku sama temen aja.” “Ya udah, ajak temen kamu sekalian,” kataku, masih nyari harapan. “Makasih, Kak, tapi nanti repotin, temenku makannya banyak soalnya,” balasnya sambil nunduk, nada candaannya halus.

Viral Dokter Skandal Part 01

Candaan kecil kayak gitu yang nggak pernah aku dapet dari pacarku atau temen-temen “spesial”ku. Aku cuma nyengir denger alasan lucunya. “Ya udah, lain kali mungkin,” kataku.

“Oh iya, kalau ada masalah administrasi atau kerjaan di sini, bilang aja, aku bantu,” aku masih coba buka celah. “Makasih, Kak… saya pamit ya,” katanya lalu pergi.

Aku perhatiin dia dari belakang. Rok lebarnya nggak bisa nutupin lekuk pinggulnya yang bergoyang pas dia jalan. “Sempurna,” aku geleng-geleng kepala.

Salsa beda banget sama Rina, anak koas dari dua tahun lalu yang pernah aku “ambil” pertama kali. Rina juga berjilbab, tapi nggak selebar Salsa. Awalnya dia jual mahal, tapi dari tatapannya aku tahu dia tertarik. Setelah beberapa rayuan, akhirnya aku berhasil bawa dia ke hotel dan “memulai” bersamanya.

Tanpa paksaan dan terasa begitu ringan. Hubungan kami berakhir seiring selesainya masa koasnya, juga karena dia tahu aku punya hubungan lain dengan temannya. Dia benar-benar berbeda, sulit sekali untuk ditaklukkan. Setiap kali bertemu, aku selalu memperhatikan gerak-geriknya, senyumnya, tawanya—semua terus terbayang di pikiranku. Saat aku tengah melamun, tiba-tiba seseorang memelukku dari belakang dan menarikku.

“Ngelamun, ya…” suaranya sengaja dibuat serak.
“Mhh… Meli… kamu ini, ganggu saja,” ujarku sambil melepaskan pelukannya.
“Kamu sekarang jarang ke ruangku lagi,” rengeknya manja.

Meli adalah dokter di sini, seumuran 27 tahun dan sudah menikah. Sayangnya, suaminya bekerja di lepas pantai, jarang pulang, dan sulit memberi perhatian batin padanya. Dulu aku memang sering mampir ke ruangannya, sekadar bercumbu ringan dengan sentuhan oral yang bisa membuatnya terbuai. Tapi kami tak pernah melangkah lebih jauh karena dia tak mau, dan akupun tak memaksa. Tidak semua hubunganku berakhir di ranjang—yang terpenting ada rasa rindu dan kepuasan, meski tak sampai bersenggama.
Viral Dokter Skandal Part 02

“Aku sibuk, Meli… banyak yang melahirkan, ditambah tugas residen,” kataku sambil memegang pinggangnya.
“Tidak ada waktu buat aku? Sebentar saja…” Lalu dia mencium bibirku, dan kami pun mulai bercumbu. Satu per satu kancing blusnya kubuka, memperlihatkan dua bukit kembar yang jarang tersentuh pemilik sahnya.

Aku mencium dan membelainya dengan lembut. Tapi tiba-tiba bayangan Salsa muncul di pikiranku, dan aku menghentikan semuanya.
“Kok berhenti…” Meli tampak mulai terbawa suasana.
“Maaf, Meli… aku nggak konsen, banyak kerjaan,” ujarku.
“Ya sudah…” Dia mengancingkan kembali blusnya dengan nada kesal, lalu pergi.

Sore itu aku membantu persalinan dan sengaja memanggil Salsa untuk mendampingiku. Wajahnya berseri-seri, senang mendapat kesempatan langka ini. Tentu saja tak mungkin semua masuk, jadi aku beralasan yang lain menunggu giliran. Dia berusaha jadi asisten yang baik. Saat menyerahkan gunting, aku sengaja menyentuh tangannya, tapi dia cepat menariknya. Gagal lagi usahaku, tapi aku sudah puas bisa melihat wajahnya dari dekat selama persalinan itu.

Usai dari ruang bersalin, dia berkata, “Terima kasih ya, kak… jarang ada kesempatan begini.”
“Kamu mau aku bikin begitu?” candaku sambil melirik ibu hamil yang lewat.
“Yee… nggak lah, makanya cepet cari istri sana…” Dia tersenyum lalu berlalu. Aku terkejut—kok dia tahu, ya?

Sore itu langit mendung pekat. Hujan mulai turun rintik-rintik. Aku memacu Pajeroku keluar parkir, lalu melihat Salsa berlari sambil melindungi kepalanya dengan tas dari hujan. “Kesempatan,” pikirku. Tin… tin… aku membunyikan klakson.
“Mau pulang? Bareng aja yuk, kayaknya hujan bakal deras,” ujarku mencari celah.
“Terima kasih, kak… aku naik angkot saja, sudah biasa kok,” jawabnya. Hujan semakin deras.

“Bener lho, nggak apa-apa kok, aku antar sampai kos.”
“Terima kasih, kak, tapi nggak enak kalau dilihat orang, bisa jadi fitnah.” Aku terpana gila, ini makin membuatku jatuh cinta. Dalam hati aku berjanji, kalau bisa mendapatkannya, aku akan mengakhiri semua hubungan lainku. Aku benar-benar tergila-gila padanya. Tak lama hujan semakin lebat, hingga aku sulit melihat jalan. Sampai jam 10 malam aku tertidur, hujan masih belum reda.

Keesokan harinya, aku harus membantu persalinan lagi dan mencari Salsa.
“Salsa nggak masuk hari ini, Dok,” kata Naya, teman sekampusnya, sambil membedong bayi di ruang bayi.
“Dia sakit? Aku mau minta tolong bantu persalinan lagi,” ujarku.
“Nggak tahu, Dok… aku nggak dapat kabarnya,” jawabnya sopan sambil menatapku.
Viral Dokter Skandal Part 03

Aku perhatikan Naya. Dia manis, berjilbab lebar seperti Salsa. Meski tak secantik Salsa, Nana termasuk berkualitas. Tingginya sekitar 155-160 cm, tubuhnya proporsional. Lekuk dadanya tak begitu kentara seperti Salsa, kulitnya kuning bersih, dan kacamata yang dipakainya menambah kesan anggun. Aku memandangi sekujur tubuhnya. Berbeda dengan Salsa, dia tak sungkan berbicara dan menatapku, meski tetap menjaga batas pergaulan.

“Ya sudah, kamu saja ya… bantu aku persalinan.”
Dia tersenyum gembira. “Terima kasih, Dok…”

Keesokan harinya aku masih belum menemukan Salsa. akhirnya aku di bantu Naya lagi “Kamu tau nomor telepon atau kos Salsa Na..”

“Tidak dok…kita beda kos…kenapa gitu?”

“mhh..atau dokter…hihihi…suka sama dia ya” sahutnya sambil tersenyum

“tidak…cuma dia itu cekatan dan pintar…makanya saya suka sekali kalau diasisteni dia…lagian juga dia ngga akan mau sama aku ini”

“Iya dok…banyak yang sudah mau seriusi dia..tapi dia tidak mau…dia mau selesaikan dulu kuliahnya…dia itu baik dan cantik lagi” sambil mengikuti langkahku di ruang persalinan

“Kamu juga cantik…” aku mulai mengeluarkan racunku, kalau ga dapet yang poin 9 ya minimal 7 atau 8 juga tidak apa-apa. Yang penting aku pengen sekali bisa memerawani Naya berjilbab lebar ini. Karena setauku mereka selalu menjaga diri dan pergaulannya. Tantangan tersendiri untuk aku. Naya tidak menjawab, hanya tersenyum sambil menunduk.

Hari keempat baru kulihat Salsa datang, namun tak seperti biasanya. Biasanya Salsa selalu ceria, kali ini tidak. Wajahnya murung dan tatapannya kosong. Kulihat teman-temannya berusaha bertanya dan berkumpul di sekitarnya. Entah apa yang mereka bicarakan terkadang Salsa tersenyum walau getir.

Saat istirahat ku coba dekati. “Kamu sakit Salsa?”
“Nggak kak” lemah sekali bicaranya
“Kenapa kamu murung, ada masalah?”
Viral Dokter Skandal Part 04

“ah nggak kok” Salsa mencoba tersenyum walau aku lihat tidak bisa menutupi kemurungannya. “Ngga ada masalah cuma agak kurang sehat aja, maaf saya mau makan dulu kak” sambil berlalu meninggalkanku.
“Ya sudah kalau kamu ngga apa-apa, kalau kamu butuh bantuan jangan ragu minta tolong ke aku ya”
“iya kak, terima kasih”

Esokan hari-nya hari jum’at, aku berencana pulang agak cepat. Maksudku, aku mau tidur dulu sebelum agak malam nanti aku bangun dan pergi clubbing di club terkenal di kota ini. Ketika aku sedang membereskan buku dan berkas yang aku masukkan ke tas, tiba-tiba pintu kantorku di ketuk, “Silahkan masuk”.

“Maaf, apa saya mengganggu kakak…” aku lihat sesosok Salsa dengan kemeja pink berbalut blazer putik khas dokter, jilbab pink dan rok putih. Cantik sekali dia terlihat. Wajahnya sambil agak menunduk walau dia coba beranikan diri melihat wajahku.
“Ada apa Salsa, tidak mengganggu kok, saya sedang membereskan berkas” ujarku santai. “Ada yang bisa saya bantu?”
“Kakak besok ada acara?”

Aku tersentak, tumben sekali dia bicara ini. “Tidak…tidak…ada apa? besok aku bebas kok” Aku melupakan janjiku untuk bertemu Helen, passienku yang pernah aku tolong persalinannya. Dia hamil oleh pacarnya, tapi kemudian pacarnya pergi tidak bertanggung jawab. Karena aku yang menolongnya hubungan kamipun dekat, dan tidak perlu dijelaskan detail apa yang kami lakukan, karena bukan inti dari cerita ini, yang pasti kami lakukan dengan aman.

“Saya mau minta tolong, besok aku mau pindah kos, apa kakak bisa bantu bawakan barang”
“Oh…tentu, jam berapa?”
“Aku tunggu di kos ku ya kak, jam 9, sini alamatnya saya tuliskan dulu” Salsapun menuliskan alamat pada secarik kertas di atas mejaku, aku terus memandanginya tanpa berkedip. perfect girl.

“Terima kasih kak, maaf sekali saya sudah merepotkan” sambi memberikan kertas kepadaku, sedikit nakal aku pura-pura tidak sengaja menyentuh tangannya. lembut sekali dan…tak seperti biasanya dia menarik tangannya, kali ini dia membiarkan tanganku menyentuh tangannya.

Salsa pun berlalu sambil meninggalkan gerak pinggul yang sangat menarik, “aku harus memilikinya”. Aku segara batalkan semua agenda dan janjiku, aku segera tidur dan tidak sabar menunggu datangnya esok. Saat pertama kali berdua dengan dia.

Esokan harinya aku datang tepat waktu di alamat yang sudah diberikannya. Sebuah rumah kos yang cukup besar walau agak tua, bangunan inti pemilik rumah ada di depan, sedangkan bagian depannya gedung baru berlantai 2 dengan pola bangunan khas tempat kos. Aku lihat beberapa orang berkumpul dihalaman depan juga Salsa dengan mengenakan jilbab putih, kemeja biru dan rok panjang biru dongker.
Viral Dokter Skandal Part 05

“Kenapa pindah nduk…padahal ibu seneng kamu di sini, kamu suka bantuin ibu” kata seorang wanita berumur lebih dari separuh baya.
“iya bu…aku mau cari suasana lain aja, supaya aku bisa tenang bikin laporan”
“Kalau kak Salsa ngga ada, kalau diantara kita ada yang sakit siapa yang bantuin” seorang wanita muda yang aku tebak masih mahasiswa juga menimpali.

Salsa tersenyum sambil mengacak-acak rambut teman kosnya itu “kamu boleh kok main ke sana”. “Bu, kenalkan ini dokter Chris, yang bantuin saya pindahan” sambil mengenalkan aku, tanpa sedikitpun mengenalkan aku pada seorang pria tua yang ada di sebelah ibu kosnya itu. Sama sekali wajahnya tidak bersahabat.

“Oala aku kira bojo mu nduk…gantenge…” ku tersenyum dalam hati mendengarkan ucapan ibu kosnya itu
“ah ibu bisa aja…” Salsa tersipu. Aku berharap itu menjadi nyata, dan tidak hanya menjadi pacarnya tapi aku bisa mengambil semuanya dari dia.

Semua temannya berusaha membantu memasukkan kardus ke dalam pajero ku, tidak lama hanya 1 jam semua barang sudah dimasukkan. Kami pun segera pamit, pertama kali dia duduk bersebelahan denganku. Aku menancap gas setelah sebelumnya melambaikan tangan dulu pada ibu kos itu dan teman-temannya, wajah pria tua yang aku kira adalah suami dari ibu kos itu masih tetap tidak bersahabat.

Mataku coba melirik nakal padanya, tatapannya kosong melihat pemandangan di sekitar jendela. Lekukan dadanya begitu nampak dan close up di hadapanku, napasnya naik turun semakin membusungkan dadanya yang tertutup jilbab putihnya. Rok biru donkernya berbahan lembut, sehingga gampang jatuh, aku lihat bagian tengah rok antara kedua pahanya jatuh ke paha sehingga menampakkan bentuk pahanya yang jenjang dan penuh.

Salsa masih menikmati pemandangan sisi jalan dan tidak sadar kalau aku memperhatikan tubuhnya. Aku memacu mobil menuju alamat yang sudah dia beritahukan sebelumnya. Di perumahan itu, rumah type 21 yang dia tempati. Luas tanahnya masih sangat luas belum termaksimalkan. Sisi kanan kiri rumah masih kosong dan membuat jarak dengan rumah disampingnya.

Aku pun segera membantu menurunkan barang dan membereskan barang di rumah tersebut, hanya berdua. aku pandangi wajahnya, perhatikan tiap lekuk tubuhnya yang membuat penisku tagang. Sore itu aku mandi di rumah kontrakannya, aku tidak pernah lupa membawa alat mandi di mobilku. begitu juga Salsa yang mandi sebelum aku, meninggalkan bau khas menyengat di kamar mandi.

“Kak, makan malam di sini saja ya, sudah aku masakkan” tawarnya
“Baik lah, pasti masakannya enak sekali” timpalku, padahal aku masih ingin berlama-lama dengan dia
Selepas makan malam kami pun bercengkrama. Semua barang telah kami rapihkan bersama, hari itu aku habiskan waktu bersama. “Akhirnya selesai juga ya Salsa, capek juga ya” sahutku mencoba mencairkan suasana, sambil duduk di sebelahnya yang sedang mengupaskan mangga untukku.
Viral Dokter Skandal Part 06

Salsa tersenyum manis sekali, “Iya kak, kakak capek ya, mau aku suapin mangganya?” aku kaget dengan tawarannya aku berusaha tenang “boleh” Dia pun memberikan mangga yang ada ditangannya, dengan nakal aku coba melahap mangga sampai ke jarinya, sehingga bibirku menyentuh jarinya.

Dia tarik jarinya dari mulutku pelan sekali, sembil tersenyum. “oh god…sweet” ujarku dalam hati. “Mangganya manis…apalagi sambil lihat kamu” aku memancing. Salsa hanya tersenyum, “mau lagi?” tawarnya, akupun mengangguk. Suapan kedua ini jarinya lebih lama berada di dalam mulutku.

Sengaja tidak aku lepaskan dan si empunya jari lentik itu tidak keberatan, dia hanya diam menunggu. Tangan kiriku menyentuh tangan kanannya itu lembut, dia tidak menolak. aku tempatkan telapak tangannya yang lembut di pipiku, sambil menatap wajahnya.

Wajahnya bersemu merah. Mata kami saling menatap, wajah kami semakin mendekat…dekat dan dekat…sehingga aku rasakan nafasnya menyentuh wajahku. Tangan kananku meraih dagunya yang lembut seolah tidak ada tulang di dagunya itu. sedikit aku tarik dagunya sehingga bibirnya terbuka, sengal nafasnya bisa aku rasakan.

Ini mungkin rasanya seorang wanita yang pertama kali melakukan kissing, wanita yang selama ini berusaha menjaga kehormatannya dan tidak pernah disentuh siapapun sebelumnya. Matanya terkatup, cantik sekali dia malam ini. Akupun mendekatkan bibirku dengan bibirnya, aku pagut lembut… dia tidak membalas juga tidak menolak. Kembali aku pagut bibirnya, lembut dan manis kurasakan. ku pagut bibir atas dan bawahnya bergantian.

Ternyata kali ini dia mulai merespon, dia membalas pagutantu dengan memagut bibirku juga, basah dan indah. Pagutan kami semakin liar, aku pindahkan kedua tanganku disamping wajahnya dengan posisi jari jempol menempel ke pipinya yang lembut. Keempat jariku berada di bawah telinganya yang masih tertutup jilbab.

Aku semakin menarik wajahnya mendekatiku, kecupanku semakin liar yang aku yakin membangkitkan gairahnya. “mhh…ummm….aummmmm…” bergantian kami mengecupi bibir kami. Kini tangan kiriku melingkari leher hingga kepundak belakangnya, sedangkan tangan kananku menyusup melalui bawah jilbab putihnya yang lebar kemudian mencari gundukan lembut tepat di dadanya.

Tangan kananku menyentuh sebongkah gundukan lembut yang masih tertutup bra. “Mhh…payudara yang sangat indah” tangan kananku pun mulai meremas lembut payudara itu. “ehhhmmm…mhhmhh…mmhhhhh” Salsa kaget dan mendesah sambil tetap berpagutan dengan bibirku. Sekitar 2 menit meremas remas dada kirinya, tangan kananku mencoba mencari kancing kemejanya.

Dan ku buka satu demi satu hingga meninggalkan beberapa kancing bagian bawah yang tetap terpasang. Tangan kananku lebih aktif lgi masuk ke dalam kemejanya, benar saja, gundukan itu sangat lembut, ketika kulit tanganku bersentuhan dengan kulit payudaranya yang halus sekali. tanganku menyusup diantar bra dan payudaranya, meremas lembut dan sesekali memilin putingnya yang kecil dan nampak sudah mengeras.

“mhhh…ummmmm,….aahhh,…mmhh…..m mmm….mmmmphh….” mulutnya terus meracau mencoba menikmati setiap remasanku, matanya masih saja terpejam seolah dia tidak mau melihat kejadian ini atau dia sedang berusaha benar-benar meresapi rangsangan yang aku buat. Cerita seks ini di upload oleh situs ngocoks.com

Aku tarik pundaknya sehingga tubuhnya terbaring ke samping kiriku, dan aku pun menarik bibirku dari bibirnya dengan sedikit suara kecupan yang menggambarkan dua bibir yang sudah lengket dan sulit dilepaskan. “mhuachh…aahhh” wajahnya memerah dan matanya masih terpejam, cantik sekali.
Viral Dokter Skandal Part 07

Kini tangan kananku mengangkat jilbabnya ke atas, memberikan ruang agar kepalaku bisa masuk kedalamnya. Aku mencium bau harum dari keringatnya yang mulai mengalir. Dalam keremangan aku milihat leher jenjangnya yang putih dan halus, tanpa membiarkan waktu berlalu aku segera mengecupnya lembut dan kecupanku semakin ganas di lehernya “aahhh…. eengg… ehhhh… aahhh…. aaa hhh….” mulutnya tak berhenti meracau.

Tangan kananya meraih belakang kepalaku dan menekankan kepalaku agar semakin menempel di lehernya, sedangkan tangan kirinya mendekap punggungku. Untungnya jarak rumah ini dengan rumah sebelah lumayan jauh, sehingga desahan kami tidak terdengar oleh rumah sebelah. Aku tidak lupa meninggalkan cupang di lehernya, lalu ciumanku pun turun ke dadanya. Tangan kananku mencari sesuatu di balik punggungnya, ya kait bra.

Setelah aku dapatkan langsung aku lepaskan. Terlepaslah bra yang selama ini menutupi keduap payudara indah itu agar tidak meloncat keluar. lalu tangan kananku menarik bra agak ke atas ke leher Salsa, sehingga terpampang dua gunung kembar yang sangat mengagumkan. Benar saja 36C.

Aku mulai mencium payudara kanan Salsa, aku lakukan masih di dalam jilbabnya, dan akupun tidak melepas semua kancing kemejanya, sehingga tidak semua bagian tubuhnya terlihat. Namun, itu membuat sensasi percintaan semakin terasa, tangan kananku sibuk meremas payudar akananya yang saat ini sudah tidak berpenutup lagi.

“aaahhhh…kaaakk….ahhh…..mhhh…k ak…..aduuhh…..mhh….. ” Salsa tidak kuat menahan rangsangan ini, kepalanya menggeleng ke samping kanan dan kiri, tangan kanannya semakin kuat membekap wajahku ke arah dadanya.

Kini tangan kananku melepas remasan di dadanya, mulai turun ke bawah, menyentuh kakinya yang masih ber kaos kaki. tangan kananku menarik roknya menyusuri betis yang tertutup kaos kaki panjang hampir selutut, setelah itu tanganku menemukan kulit halus yang putih.

Tangan kananku menjelajahi paha kirinya, perlahan mengangkat roknya hingga ke perut. Jari-jariku membelai lembut paha kirinya, sementara bibirku kini mendarat di payudara kirinya yang lembut. “Ahhh… Kak… Kak… ahh…” napas Sasa semakin tersengal, dan aku tak lupa meninggalkan tanda merah di kulitnya yang halus itu. Aku merasa diriku semakin mengeras.
Viral Dokter Skandal Part 08

Kemudian aku menarik wajahku dari dadanya dan duduk di sisinya. Tubuhnya terbaring, keringat mulai membasahi wajah putihnya, napasnya tak beraturan, matanya terpejam, dan bibirnya sedikit terbuka. Rok bagian kirinya tersingkap hingga perut, memperlihatkan paha putihnya yang jenjang dan indah, meski betisnya masih tertutup kaus kaki panjang.

Tangan kananku menyelinap ke bawah kedua lututnya, tangan kiriku melingkar di lehernya. Aku kembali menciumnya, dan dia mengerti isyaratku, melingkarkan kedua tangannya ke belakang kepalaku. “Jangan di sini, sayang… kita ke dalam saja…” ujarku sambil mengangkatnya. Bibir kami tak berhenti bertaut.

Aku merebahkannya di kasur busa sederhana khas anak kos, tanpa ranjang. Napasnya masih tersengal, kedua tangannya meremas sprei. Aku berpindah ke bagian kakinya, menarik roknya lebih tinggi hingga perut, lalu membukakan kedua kakinya. Ciumanku mendarat di bawah perutnya. “Eenngg… ahhh…” aku tahu dia merasa geli sekaligus terangsang, sementara tanganku mulai menurunkan celana dalamnya.

Gerakannya tak menunjukkan penolakan—bahkan dia sedikit mengangkat pinggulnya, memudahkan celana dalamnya terlepas. Kini terlihatlah area kewanitaannya yang muda, berwarna merah muda, dengan bulu halus yang rapi dan aroma yang harum. Aku tak ingin terburu-buru, ingin dia terbiasa dengan suasana ini. Ciumanku beralih ke pahanya, ke bagian sensitif di belakang paha, sambil mengangkat kakinya. Lalu, pada saat yang tepat, aku menurunkan ciumanku ke selangkangannya.

“Kak… ahh…” aku mulai menjilat bagian luar area kewanitaannya dari bawah ke atas. Kelembapan mulai terasa. Aku membukakan kakinya lebih lebar, menyibak bagian luarnya, dan menemukan lubang kecil yang masih sempit, berwarna merah seolah ada bekas lecet. Aku tak mempedulikannya, fokus pada cairan bening yang mulai mengalir keluar.
Viral Dokter Skandal Part 09

Lidahku nakal mencoba masuk ke dalam, menjelajah lebih dalam, lalu naik ke atas menemukan tonjolan kecil yang sensitif. Aku menggigitnya lembut, mencium, dan menyedotnya, sementara tangan kananku perlahan masuk ke dalam. “Ahhh… uuhhh… mhh… ahhh… Kak… aduh… ahhh…” kepalanya bergoyang tak beraturan, tangannya semakin kuat mencengkeram sprei.

Ciumanku semakin intens, cairan kewanitaannya mengalir lebih deras. Lidahku bergantian merangsang lubang dan tonjolan kecil itu, dibantu tangan kananku. Saat lidahku di tonjolan, jariku menstimulasi lubangnya; saat lidahku masuk ke dalam, jempolku menggosok tonjolan itu. “Ahhh… aaa… uuu… enhhh… mmm… ahh…” tangan kanannya kini meremas rambutku, menekan kepalaku lebih dalam.

Setelah sekitar 15 menit, dia menjambak rambutku dan mendorongku. Kami kini duduk berhadapan. Napasnya tersengal, tapi matanya kini terbuka menatapku, keringat membasahi tubuh kami. Tiba-tiba bibirnya menyerbu bibirku, ciumannya liar, gigi kami kadang beradu, lidah kami saling bertukar, dan aku menjelajahi rongga mulutnya. Aku terkejut saat tangannya menarik kausku ke atas, melewati bibir kami yang masih bertaut, lalu ciumannya turun ke leher dan dadaku.

Baca Juga : Berita Bola Terbaru Dan Terupdate di sini
Gambar Story PIN
Viral Dokter Skandal Part 10

Tangannya tak berhenti di situ. Dia membuka ikat pinggangku, menurunkan celanaku dan celana dalamku, sementara bibirnya masih di dadaku. Penisku yang tegang, besar dan panjang, kini tegak di depannya, hanya beberapa senti dari wajahnya. Tangan kanannya menggenggamnya. Aku berdiri, dan wajahnya kini begitu dekat.

Kulihat dia menelan ludah, mungkin terkejut dengan ukurannya atau ragu. Aku memegang kepalanya yang masih berjilbab putih agak kusut, mendekatkan penisku ke bibirnya. Bibirnya masih tertutup saat ujungnya menyentuh. “Kulum, sayang… ciumi, ayo…” ujarku. Dia membuka bibirnya sedikit, mencium ujungnya dengan kaku, tapi sensasinya luar biasa bibirnya yang lembut, hangat, dan basah, ditambah pemandangan wanita berjilbab yang belum pernah kurasakan sebelumnya.

“Cuup… mppuhmm… uhhmm…” bibirnya berulang kali mencium ujungnya, perlahan masuk lebih dalam. Aku tahu dia masih kaku, tapi bagiku itu sudah cukup membakar. “Mhhh… aauuuummm… uummhh…” akhirnya dia berani memasukkan lebih banyak, meski tak sepenuhnya karena ukuranku terlalu besar. “Shh… ahh… terus,… keluar masukkan…” Dia mengikuti perintahku, menggerakkan kepalanya maju mundur. “Ahh… sayang… terus…” “Mhh… uhmm hh… cuuupp… muuh…”

Lima menit berlalu, dia berhenti. “Kak… Salsa nggak tahan…” Dia menarikku, dan kami kembali duduk berhadapan. Aku tahu dia sudah di puncak hasratnya. Aku merebahkannya, menindihnya, dan membukakan kakinya. Sasa pasrah, memandangku, memperhatikan penisku yang kini tepat di depan area kewanitaannya. Aku teringat sesuatu, meraih celanaku, dan mengambil kondom dari dompet.
Viral Dokter Skandal Part 11

Saat akan memakainya, Salsa menepis tanganku. “Nggak usah pakai itu, Kak… aku ingin jadi milik Kakak seutuhnya.” Aku tersentak. “Kamu yakin, Salsa?” Dia mengangguk.

Aku mengarahkan ujung penisku ke lubangnya. “Tahan ya, Sa… agak sakit…” Tangan kananku menggenggamnya, menggesekannya ke area sensitifnya hingga dia merintih dan tubuhnya tersentak. Aku perlahan menekan masuk. “Tahan, Kak… sakit…” dia merintih sambil menggigit bibir bawahnya. Aku berhenti sejenak, menggerakkan ujungnya di bibir luarnya agar dia terbiasa.

Matanya terpejam, napasnya tersengal. Perlahan aku masuk lagi, pelan tapi pasti. Setiap kali masuk lebih dalam, dia melenguh menahan sakit. Lubangnya sempit, tapi tak ada hambatan berarti. Tiba-tiba, dengan dorongan kuat, aku menekan pinggulku hingga menempel erat padanya. Salsa tak kuasa menahan jeritan halus, “Aduh!… oooohh… ahh… sakit… Kak…” Tubuhnya tertekuk, tangannya mencengkeram pinggangku erat.

Dengan kasar, aku tiba-tiba menekan pantatku kuat-kuat ke depan sehingga pinggulku menempel ketat pada pinggul Salsa. Dengan tak kuasa menahan diri dan berteriak, mungkin karena sakit, dari mulut Salsa terdengar jeritan halus tertahan, “Aduuuh!… ooooooohh… aahh… sakii…t… kaak…”, disertai badannya yang tertekuk ke atas dan kedua tangan Salsa mencengkeram pinggangku dengan kuat.

Beberapa saat kemudian, aku mulai menggoyangkan pinggulku, mulanya perlahan, lalu semakin lama semakin cepat dan bergerak dengan kecepatan tinggi di antara kedua paha halus gadis ayu tersebut. Salsa berusaha memegang lenganku, sementara tubuhnya bergetar dan terlonjak hebat akibat dorongan dan tarikan penisku pada kemaluannya. Giginya bergemeletuk, dan kepalanya menggeleng-geleng ke kiri-kanan di atas meja.

Salsa mencoba memaksa kelopak matanya yang terasa berat untuk membukanya sebentar dan melihat wajahku dengan takjub. Ia berusaha bernapas sambil berkata, “Kaa…k… aahh… ooohh… ssshh,” sementara aku terus menyetubuhinya dengan ganas.

Salsa sungguh tak kuasa untuk tidak merintih setiap kali aku menggerakkan tubuhku, gesekan demi gesekan di dinding liang vaginanya. Setiap kali aku menarik penisku keluar dan mendorongnya kembali masuk ke dalam vagina Salsa, klitorisnya terjepit pada batang penisku, terdorong masuk, lalu tergesek-gesek dengan batang penisku yang berurat itu.
Viral Dokter Skandal Part 12

Hal ini menimbulkan perasaan geli yang dahsyat, membuat seluruh tubuh Salsa menggeliat dan terlonjak hingga badannya tertekuk ke atas, menahan sensasi kenikmatan yang tak bisa dilukiskan dengan kata-kata.

Sementara itu, tanganku yang lain tak dibiarkan menganggur. Tanganku merengkuh punggungnya yang melengkung menahan nikmat, lalu aku menyibak jilbabnya. Terlihat dua payudara indahnya yang masih tersembunyi di balik kemeja dengan kancing atas terbuka; branya pun sudah tersingkap ke atas, menambah sensualitas pemandangan saat itu. Aku tarik punggungnya hingga semakin melengkung ke atas, lalu aku bermain-main di bagian dada Salsa, mencium, dan menggigit kedua payudaranya secara bergantian.

Ia berusaha menggerakkan pinggulnya, tetapi paha, bokong, dan kakinya mati rasa. Meski begitu, ia mencoba membuatku segera mencapai klimaks dengan memutar bokongnya dan menjepitkan pahanya. Namun, aku terus menyetubuhinya tanpa juga mencapai klimaks.

Ia memiringkan kepalanya, dan terdengar erangan panjang dari mulutnya yang mungil, “Ooooh… ooooooh… aahhmm… ssstthh!” Gadis ayu itu semakin erat mendekap kepalaku agar semakin rekat dengan payudaranya. Aku tahu pelukan itu adalah penyaluran dari rasa nikmat dan klimaks yang sebentar lagi mungkin ia rasakan.

Kedua pahanya mengejang dan menjepit dengan kencang, menekuk ibu jari kakinya, membiarkan bokongnya naik-turun berkali-kali. Seluruh badannya berkelonjotan, menjerit serak, dan akhirnya larut dalam orgasme total yang dahsyat melandanya, diikuti kekosongan yang melanda dirinya hingga seluruh tubuhnya terasa lemas, seakan semua tulangnya copot berantakan.

Salsa terkulai lemas tak berdaya di atas kasur dengan kedua tangannya terentang dan pahanya terkangkang lebar-lebar, di mana penisku tetap terjepit dalam liang vaginanya. Itulah pertama kalinya ia merasakan indahnya orgasme.

Selama proses orgasme yang dialami Salsa berlangsung, aku merasakan kenikmatan hebat. Penisku yang masih terbenam dan terjepit di dalam liang vaginanya merasakan sensasi luar biasa. Batang penisku serasa terbungkus keras oleh sesuatu yang lembut dan licin, terasa mengurut seluruh penisku, terutama pada bagian kepala penisku setiap terjadi kontraksi di dinding vagina Salsa, yang diakhiri siraman cairan panas.
Viral Dokter Skandal Part 13

Perasaanku seakan menggila melihat Salsa yang begitu cantik dan ayu tergelatak pasrah tak berdaya di hadapanku, dengan kedua paha halus mulusnya terkangkang dan bibir kemaluannya yang kuning langsat mungil menjepit batang penisku dengan ketat.

Tak berhenti di situ, beberapa menit kemudian aku membalik tubuh Salsa yang telah lemas itu hingga kini ia setengah berdiri tertelungkup di dipan dengan kaki terjurai ke lantai, membuat posisi pantatnya menungging ke arahku.

Aku ingin melakukan doggy style. Tanganku kini lebih leluasa meremas kedua payudara Salsa yang menggantung ke bawah, menyusup lewat kemeja bagian bawah. Dengan kedua kaki setengah tertekuk, aku perlahan menggosok kepala penisku yang licin oleh cairan pelumas dari vagina Salsa, lalu menempatkannya pada bibir kemaluannya dari belakang.

Dengan sedikit dorongan, kepala penisku membelah dan terjepit kuat oleh bibir kemaluan Salsa. Ia melenguh agak kencang, “Aahhgg…,” saat penisku mulai menyeruak kembali ke dalam vaginanya.

Kedua tanganku memegang pinggul Salsa dan mengangkatnya sedikit ke atas sehingga bagian bawah tubuhnya tak lagi bertumpu pada dipan, hanya kedua tangannya yang masih menyangga di kasur. Kedua kakinya terkait pada pahaku.

Kutarik pinggul Salsa ke arahku sambil mendorong pantatku ke depan, disertai keluhan panjang dari mulut Salsa, “Oooooooh… aahh… shhh… ahh…!” Penisku terus menerobos masuk ke dalam liang vaginanya, dan aku terus menekan pantatku hingga perutku menempel ketat pada pantat Salsa yang setengah terangkat.

Aku memainkan pinggulku maju-mundur dengan cepat sambil mulutku mendesis-desis keenakan, merasakan penisku terjepit dan tergesek dalam lubang vagina Salsa yang ketat. “Ahh… ahhh… aahh… kak… a…duuu…hh… mhh… teruss…” Mulutnya terus mengaduh, tanda nikmat tiada tara yang ia rasakan.
Viral Dokter Skandal Part 14

Tubuhnya maju-mundur terdorong desakan penisku. Karena bagian pantat lebih tinggi dari kepala, kemejanya turun ke bawah, memperlihatkan punggung mulus dan putih yang sebelumnya tak pernah dilihat siapa pun.

Tangannya terus meremas sprei sambil merebahkan kepalanya di kasur. “Shhh… ahh… kakk… aahh… aduuhh… kak…” Semakin kencang teriakannya, semakin menunjukkan bahwa ia akan merasakan klimaks untuk kedua kalinya.

Aku pun mempercepat doronganku. “Terus… kak… ahh… jangan berhenti… ahh… kak…” Salsa meracau semakin tak karuan. Lalu, ia mendongakkan kepalanya ke atas disertai lenguhan panjang, “Aaaaaaaa… hhhhh…” Ia klimaks untuk kedua kalinya. Aku cabut penisku dari vaginanya, dan kulihat cairan bening semakin banyak meleleh dari vaginanya.

Tubuhnya melemas dan lunglai saat aku lepaskan. Napasnya tersengal, pakaian dan jilbabnya kusut tak karuan. Keringat membuat pakaiannya yang tak dilepas sama sekali menjadi basah. Namun, ia memang wanita yang pandai merawat tubuh; bahkan keringatnya pun harum sekali baunya.

Setelah kuberi ia istirahat beberapa menit sambil meresapi orgasme keduanya, aku mengubah posisi permainan. Duduk di sisi tempat tidur, kutarik Salsa duduk menghadapku sambil mengangkang di pangkuanku.

Aku menempatkan penisku pada bibir kemaluan Salsa yang tampak pasrah dengan perlakukanku. Lalu, aku mendorong hingga kepala penisku masuk dan terjepit dalam liang kewanitaannya. Tangan kiriku memeluk pinggul Salsa dan menariknya merapat pada badanku, sehingga perlahan tapi pasti penisku menerobos masuk ke dalam kemaluannya.

Tangan kananku memeluk punggung Salsa dan menekannya rapat-rapat hingga badannya melekat pada tubuhku. Kepala Salsa tertengadah ke atas, pasrah dengan mata setengah terkatup menahan kenikmatan yang melandanya, sehingga mulutku bebas melumat bibirnya yang agak basah dan terbuka.

Dengan sisa tenaganya, Salsa mulai memacu dan menggoyang pinggulnya, memutar ke kiri-kanan serta melingkar, sehingga penisku seakan mengaduk-aduk dalam vaginanya hingga terasa di perutnya. Karena stamina yang sudah terkuras dengan dua klimaks sebelumnya, goyangan Salsa semakin melemah.

Aku pindahkan kedua tanganku ke pinggangnya dan mulai membantu mengangkat serta mendorong pinggulnya agar terus bergerak. Kulihat penisku timbul-tenggelam dibekap lubang vaginanya yang hangat.

Rintihan tak pernah berhenti keluar dari mulutnya. “Shh… ah… sshhh… ahhh…” Goyangannya teratur. Setelah sekian lama dengan posisi itu, libido Salsa bangkit lagi. Dengan tenaga sisa, ia mulai membantu tanganku dengan menggerakkan pinggulnya lebih cepat. Kedua tangannya kini merangkul kepalaku dan membenamkannya ke kedua gunung kembarnya yang besar dan halus.

Aku tahu ia akan mengalami klimaks ketiga. Aku kulum dan lumat payudaranya. Kepala Salsa menengadah, merasakan nikmat tiada tara atas rangsangan pada dua titik tersensitifnya. Tak berselang lama, ia merasakan sesuatu yang sebentar lagi akan melandanya kembali.
Viral Dokter Skandal Part 15

Terus… terus… Salsa tak peduli lagi dengan gerakannya yang agak brutal atau suaranya yang kadang memekik lirih menahan rasa luar biasa itu. Dan ketika klimaks itu datang lagi, ia tak peduli, “Aaduuuh… eeehm… ahh… kaa…k… aahhh…” Ia memekik lirih sambil menjambak rambutku, memelukku dengan kencang. Dunia serasa berputar. Sekujur tubuhnya mengejang, terhentak-hentak di atas pangkuanku.

Kemudian, kugendong dan kuletaKkan Salsa di atas meja dengan pantatnya di tepi dipan dan kasur, kedua kakinya terjulur ke lantai. Aku mengambil posisi di antara kedua pahanya yang kutarik mengangkang. Dengan tangan kananku, kutuntun penisku ke dalam lubang vaginanya yang telah siap di depanku.

Aku mendorong penisku masuk dan menekan badannya. Desah napasnya mendengus-dengus seperti kuda liar, sementara goyangan pinggulku pun semakin cepat dan kasar. Peluh telah membasahi sekujur tubuhnya, dan tubuh Salsa terkapar lemas, pasrah terhadap apa yang akan kulakukan.

Badan gadis itu terlonjak-lonjak mengikuti tekanan dan tarikan penisku. Salsa benar-benar telah KO dan dibuat tak berdaya. Hanya erangan halus yang keluar dari mulutnya, disertai pandangan memelas sayu, kedua tangannya mencengkeram sprei.

Dan kini, aku merasa dorongan keras seakan mendesak dari dalam penisku, menimbulkan perasaan geli pada ujungnya. Aku mengeram panjang dengan suara tertahan, “Agh… terus,” dan pinggulku menekan habis pada pinggul gadis yang tak berdaya itu, hingga buah pelirku menempel ketat dan batang penisku terbenam seluruhnya di dalam liang vaginanya.

Dengan lenguhan panjang, “Sssh… ooooh!” sambil membuat gerakan memutar pantatku, aku merasakan denyutan kenikmatan akibat pancaran air maniku ke dalam vagina Salsa.

Sekitar lima detik aku tertelungkup di atas badan gadis ayu itu, dengan seluruh tubuhku bergetar hebat dilanda kenikmatan orgasme yang dahsyat. Pada saat bersamaan, Salsa yang terkapar lemas tak berdaya merasakan pancaran hangat dari cairan kentalku yang menyiram seluruh rongga vaginanya.

Aku melihatnya lemas dengan jilbab dan pakaian yang sudah tak keruan bentuknya. Ia menunduk sedih sambil menangis. Aku paham, gadis seperti dia tak mungkin mudah melakukan hal ini, tapi kali ini aku benar-benar membuatnya tak berdaya dan mengikuti nafsu duniawi. “Kak…” ia membuka percakapan di tengah hening kami menikmati pertempuran yang baru selesai. “Ya, sayang…” sambil kupeluk dia.

“Kakak mau tanggung jawab, kan?”
“Kakak mau menikahi Salsa, kan?” Suaranya parau terdengar.
Aku tersentak, tak menyangka ia langsung mengatakan itu.

Tapi aku benar-benar tak tega melihat kondisinya yang telah menyerahkan segalanya kepadaku. Aku pun ingin memilikinya dan mengakhiri semua kebiasaan burukku. Aku berjanji meninggalkan pacarku kalau ia mau menikah denganku, dan kenyataannya kini ada di depan mata.

“I… iya… Salsa… kakak akan tanggung jawab… kakak akan menikahi kamu,” sahutku. Di wajah sedihnya, kulihat bibirnya menyunggingkan sedikit senyum. Dan kami pun tertidur saling memeluk, seakan berharap pagi tak segera hadir.
kisah
Viral Dokter Skandal  sampai di sini untuk kisah lebih panas lagi tetap ikuti link kita guyss…

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *